Kegiatan kokurikuler diselenggarakan hari terakhir sekolah sekaligus hari penerimaan rapot semester 1. Exhibitation dan market day adalah wadah bagi para siswa memerkan kreativitas dan hasil karya selama satu semester. Jika tahun kemarin mengusung tema adat budaya, tahun ini memilih tema ragam warna sebagai identitas tiap jenjang. Dalam tiap jenjang terdiri dua kelas, dua kelas inilah bersatu mengelola jatah stand yang disediakan panitia.
H-1 acara walimurid tiap kelas berjibaku menyiapkan stand untuk kegiatan esok. Karena bertemakan warna-warni alhasil lapangan parkir serasa disulap seperti kegiatan ulang tahun meriah sekali.
Konsepnya adalah walimurid yang mengambil rapot juga diwajibkan mengunjungi stand untuk membeli produk hasil karya anak-anak ataupun jajanan. Yang menjuali di stand adalah siswa-siswi yang sudah ditunjuk guru wali kelasnya dan didampingi orangtua.
Masyaallah antusias walimurid untuk mendukung kegiatan ini luar biasa totalitas. Lancarnya exhibitation dan market day tak lepas dari peran walimurid pontang-panting menyiapkan segala hal yang diperlukan. Dalam batin seseorang “yang sekolah anaknya tapi orangtua ikutan kerja kelompok, ah gpp itu artinya menunjukkan orang tua ikut aktif mendukung kegiatan di sekolah, bukan orangtua yang pasrah bongkotan ke sekolah dong!.”
.jpg)
Bisa dibilang pesta sekolah, semua warga sekolah merayakan hari terakhir di sekolah dengan mengambil rapot dan njajan bersama, yah meski tiba-tiba ga sadar sudah menghabiskan uang dikantong berapa lembar. Eits tenang jajanan yang dijual affordable banget dari harga Rp.3.000,- paling mahal Rp. 5.000,- gimana nggak auto borong satu kresek dong.
.jpg)
Ber-uforianya udah ya, penulis mau curhat kemarin sudah bagi rapot BTQ ke walimurid. Aku merangkum beberapa pendapat mengenai mengaji anak-anak dari sudut pandang orangtua dirumah. Bukan berarti sok tau ya! Diantaranya sebagai berikut
Merasa lebih rendah pengetahuan mengaji dari anak sendiri. Tidak bisa dipungkiri tiap orang melalui masa hidup bervariasi, tidak semua langsung merasakan kemudahan dalam segala hal. Termasuk soal mengaji, beberapa orangtua sengaja memilih sekolah basic islam agar memperkokoh keimanan sedari dini salah satunya belajar al quran. Tapi saat dirumah anak justru membetulkan bacaan orangtuanya, terjadilan perdebatan anak dan orangtuanya, anak dengan segala paham yang diajarkan disekolah sedangkan orangtua dengan segala dalil pengalamannya.
Atau orangtua merasa minder karena bacaan alquran anaknya lebih tepat tajwidnya. Its okey anda adalah orangtua hebat yang menyesuaikan zaman, memilih sekolah tidak hanya akademik tapi mengajinya juga. orangtua tidak boleh minder, harus bangga melihat perkembangan baca alquran anaknya semakin baik sampai mampu mengingatkan bacaan alquran orangtuanya.
Anak tidak ingin kemampuannya diketahui orangtua. Sikap seperti ini ternyata ada selain diriku. Bedanya orangtuaku tidak antusias, tidak mendukung tapi kalo walimurid ini sangat mendukung. Selain sebagai guru juga berperan menerima curhatan walimurid.
Proges baca alquran di sekolah anak tersebut cukup baik, bahkan bisa dikategorikan anak pintar. Saat dirumah orangtua ingin melihat kemampuan lancar baca alquarn justru tidak bersedia. Dia memilih menyembunyikan kemampuannya bila berhadapan orangtuanya. Contohnya saat video call mengaji, tidak mau suaranya didengar orangtua, memilih video call di kamar. Orangtua mengintip dibalik pintu agar dengar bacaan mengaji anaknya.
Mengaji di rumah asal baca dan selesai. Hayo siapa yang kalau mengaji dihadapan guru dibagus-bagusin tapi diluar majelis ngajinya asal selesai gitu aja! Kasus ini sama sebenarnya. Siswa dihadapan guru berlomba-lomba terlihat paling bagus bacaannya, tapi diluar jam ngaji karena berbeda yang menyimak jadilah asal baca.
Beberapa orangtua tidak sanggup mengingatkan anak mereka sendiri saat menyimak bacaannya. Apakah hal itu salah guru di sekolah? Karena tidak membawa kebiasaan di sekolah ke rumah? Anak di rumah dikembalikan lagi tanggungjawabnya ke orangtua. Bila di sekolah sudah dibekali kebiasaan dan rutinitas islamic, saat dirumah giliran orangtua menjadi pemantau dan alarm untuk anaknya. Kembali lagi anak dirumah adalah tanggungjawab orangtuanya.
Apakah ada walimurid yang protes anaknya tidak mencapai target? Alhamdulillah pertemuan rapot kemarin cukup kondusif, masing-masing walimurid memahami kemampuan bacaan anaknya. Mau menuntut setinggi lagit pun kalau tidak ada dukungan dari segala pihak hasil yang didapat tidak akan sesuai keinginan.
Kegiatan kokurikuler dan pengambilan rapot berjalan lancar sekaligus jajanan habis terjual tanpa sisa, itu artinya menandakan kegiatan berjalan sukses. Sampai bertemu di kegiatan selanjutnya bulan depan.
.jpg)





Market day kayak gini bukan cuma jualan, tapi latihan tanggung jawab dan percaya diri buat anak-anak. Pengalaman nyatanya dapet
BalasHapusSeru sekali acara market day dan banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari kegiatan tersebut
BalasHapusKayaknya jaman sekarang orang tua itu sangat berpartisipasi di acara sekolah anak. Aku lihat teman-teman aku yang anaknya udah sekolah, terlihat para orang tua ikut menyiapkan acara di sekolah. Sementara jaman dulu, kayaknya orang tua cuma datang untuk ambil rapor aja.
BalasHapusAcara market Day ini memang seru yaa walau kadang yang repot ibu-ibunya. Tahun lalu kayaknya di sekolah anakku juga ada acara market Day tapi kayaknya semester 2 gitu, mbak.
BalasHapus