[recent]

Recent Post

3/recentposts

Dilema anak kalau orangtua punya usaha jualan sendiri

15 komentar



Yayy akhirnya ku bisa meluangkan waktu bercerita pada kalian semua salah satu hal yang kurasakan sampai sekarang. Kalian semua pasti sudah mengerti definisi usaha, ya berhubungan perputaran uang. Lalu apa jadinya jika kamu sendiri dari kecil sudah dlibatkan dalam perputaran uang itu. Namanya nasib tentu tidak akan tahu kita akan dilahirkan dalam keluarga dengan tipe apa. Walau begitu tetap syukur harus dinomorsatukan.
Memiliki usaha sendiri merupakan idaman semua orang tak terkecuali, daripada menjadi buruh di tempat orang. salah satunya orang tuaku, tidak perlu ku sebut usaha karena label usaha bagiku ialah mereka yang memilki penjualan besar, namanya mereknya terkenal, punya karywana beribu-ribu. Orangtuaku berjualan sembako dan keperluan perempuan, tempatnya tepat didepan rumah alhamdulillah. 


Banyak dari pembeli yang mengatakan enak ya punya toko sendiri, bisa pegang uang tiap hari. Hampir tak terhitung sudah berapa kali orang berucap seperti itu. Ya kujawab dengan senyum. Sudah kodratnya orang lain tentu melihat hasil bukan proses yang dilaluinya betul apa betul?. 

Sudah menjadi resiko jika orang tua memiliki pekerjaan maka sebagai anaknya sudah kewajibannya membantu meringankan pekerjaannya. Begitu juga denganku #curhatye banyak sekali terpaan sampai berita miring menghampiri diriku. membantu pekerjaan orangtua bagiku termasuk pekerjaan sampingan dan hiburan tersendiri, disampig menghilangkan jenuh bisa bertemu pembeli dengan berbagai latar belakanga dan bermacam karakter. 

Lalu apa sih keuntungan dan kerugian jika orangtua punya usaha sendiri. Berikut alasannya:

Enaknya

Jajan gratis, Karena orang tuanya punya jualan alias barang dagangan, terutama mamin otomatis orang pertama yang nyobain barang jualannya tentu anaknya sendiri. Ya meski begit tidak sering-sering bisa kena semprot.



Paham betul kebutuhan rumah tangga,  tugas setiap hari tanpa hari libur adalah juala dan menjuali orang. karena kebiasaan menghadap produk dari produk makanan, bahan dapur, kecantikan bakal paham dengan sendirinya, terutama harganya sembako yang naik turun tak bisa bisa diprediksi. Hal ini juga berdampak jika organisasi yang ku ikuti mengadakan acara, aku bisa mengetahui dengan detil bahan-bahan yang dibutuhkan hehehe.



Pinter berhitung, orang jualan harus pinter yaiyalah kan pegang uang tiap hari. Berhitungnya harus cepat. Kadang karena kebiasaan menghitung barang pembelian harus tanpa bantuan kalkulator karena menghitung uang adalah rutinitas tiap hari. Selain pintar menghitung harus juga pandai mengelola uang. Kapan uang untuk beli barang lagi, dan membedakan uang jualan dengan uang sendiri. Jika hal tersebut dilakukan kurang lebih keugian bisa diminimalisir.



Sering dapat gratisan produk, ini terjadi jika yang berjulan menjualkan produk lain bukan memproduksi barang sendiri. Penjual bisa mendapatkan barang dagangannya melalui agen atau sales yang langsung datang ke toko. Biasanya sales menawarkan produk karena ada promo jadi diberi hadiah kaos, jam dinding, piring, senter, gelas. Tergantung dari sales dari produk yang ditawarkan

Relasi, bisa dibilang banyak teman meskipun jarang keluar rumah. Lalu darimana relasinya? dari sering tiap hari menjuali orang. karena pembeli itu berbagai macam latar belakang dari mulai tukang sampag, tukang servis, guru, TNI, Polisi, Siswa, ibu rumah tangga, tukang becak dan tukang lai-lainnya. Pemadangan lain adalah saling tukar sedikit informasi misal yang jual makanan enak itu dimana, walau pembicaraannya singkat.

Tidak enaknya


Jarang kumpul bareng teman, ini nih efeknya kalau jaga harus bantu orangtua jaga toko tiap hari. Mau pergi bareng teman nggak bisa kalau nggak yan gak diizinin, mau ikut rekreasi  bareng temen nggak boleh juga, sampai pulang kuliah telat satu jam lebi dari biasanya kena semprot juga. Sebagai anak tentu mereka memiliki impian tersendir untuk mewujudkannya, namun karena kesibukan dan kewajiban anak, harus nurut pada orangtua. Jangan sampai anak bersekolah atau kuliah kemauan orang tuanya bisa kayak robot berjala anak itu.

Dianggap sok sibuk, pulang sekolah melihat teman-teman makan di kanti sambil ngobrol santai pemdangan langka yang sangat diimpikan. Lihat di sosmed travelling bareng, nonton bioskop bareng temen. Kalau ditanya jawabnya “kamu sok sibuk sih jadi nggak pernah main sama kita”. Jleb sekali mendengar kalimat itu. Kalau mau ikutan ya bagaimana tiap hari harus jaga toko. Dari penghasilan toko itu juga buat biaya makan dan kuliahku. Sabar sebagai solusinya.



Sidoarjo, 3 Januari 2019


#ODOPDAY3
#odopestrilookcommunity
#ODOP
lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

15 komentar

  1. Alhamdulillah, apa pun itu selalu lebih banyak bersyukur ya, Mbak. Lebih banyak enaknya daripada nggaknya. Semoga usahanya lancar dan berkah...Aamiin

    BalasHapus
  2. Saya pernah jualan di rumah mbak, jajanan anak-anak. Modalnya abis akhirnya gulung tikar 🙈🙈

    BalasHapus
  3. Ini isi hati banget ya bagi anak yang orang tuanya buka toko di rumah. Tapi semua pasti ada enak gak enaknya, seperti yang mba tuliskan, enaknya lebih banyak dari gak enaknya. Alhamdulillah, semua bisa jadi bekal untuk masa depan, selain uangnya, juga pengalamannya.

    BalasHapus
  4. Hmm... padahal saya pingin banget punya toko sendiri, kayaknya saya mesti berpikir lebih bijak nih sama anak2, biar "nggak enak"-nya bisa diminimalisir... 😁

    BalasHapus
  5. Waktu kecil, orang tuaku juga punya toko sebagai pendapatan utama keluarga kami. Dan, benar banget, saya merasakan semua yang dipaparkan di atas, termasuk jarang main dan sok sibuknya itu. Apalagi, saya anak sulung. Klop deh, kerjaannya jagain toko mulu.

    BalasHapus
  6. Wah, alhamdulillah punya usaha sendiri, Mbak. Seneng dong pastinya. Jalan rezeki-Nya dari sana berarti

    BalasHapus
  7. dianggap sok sibuk hihi, iya sih bener banget, saya nulis aja selalu dibilang sok sibuk, padahal beneran sibuk karena emang banyak bingits kerjaan heu. tapi ya apapun itu Alhamdulillah, semoga Allah selalu mudahkan rezeki kita ya bun. Aamiin.

    BalasHapus
  8. Bener banget mbak apa yang mbak tulis

    Kalo saya gak punya toko sih tapi saya berusaha kerja untuk nyari penghasilan meskipun hanya dirumah tapi yaitulah komen orang macem-macem (jadi curhat :D)

    BalasHapus
  9. kalau jadi penjual emang paham banget mana barang yang naik dan turun. kalau saya gini mah suka aja kelewat-kelewat gitu.

    BalasHapus
  10. aku jaman kuliah dulu
    sambil kerja di radio
    jadi jarang nongkrong di kampus
    abis kuliah pasti langsung cabut ke radio

    sampe dibilang
    "kok gak pernah ngumpul sih"
    "sombong ih"
    "sibuk banget"
    dan segala macemmmm

    sempet sebel awalnya
    tapi ya sudahh
    yang tau hidup kita
    kan kita ya mbaaa

    semangat mbaaaa!

    BalasHapus
  11. Wah, Keren lho ini. Bisa bantuin ortu jualan dan ngerasain lebih banyak enaknya. Komentar pasti ada aja lah ya :) tetap semangat!

    Oia, Mbak udah pernah nonton film "Cek Toko Sebelah"? Bagus sebagai referensi tentang gigihnya seorang pedagang. Walau ada konyol2nya, sih karena emang film drama komedi :)

    BalasHapus
  12. Banyakin enaknya ya mbak dibanding nggaknya hehehe... Semoga usahanya laris dan sukses... Barakallah

    BalasHapus
  13. Hehe banyak enaknya ya mb ktimbang enggaknya. Tapi seiringnya wktu pasti jd pintar dan paham tentang dunia usaha kan? Sukses y?

    BalasHapus

Posting Komentar