[recent]

Recent Post

3/recentposts

Lucunya Negeri Ini, Semua Serba Mandiri Masih Dipalaki

8 komentar

“Kita hidup di negeri sendiri, dimana segala hal berjuang sendiri, kita beli  kendaraan pakai uang pribadi tapi harus bayar pajak ke negara dan tidak ada feedback balik ke kita”.

Lucunya negeri ini, mau tertawa tapi ya harus dijalani, mau protes siapa diriku. Di negeri birokrasi ini setiap nyawa memperjuangkan hak masing-masing jika ingin bertahan hidup. Bukan tidak mungkin orang mati sia-sia bisa saja terjadi bukan?. Tidak bayar pajak kendaraan bermotor selama 2 tahun, maka kendaraan kamu dianggal illegal dan wajib dimusnahkan.

Bener mungkin salah satu bukti kendaraan memiliki plat motor, bila suatu saat nanti terjadi kehilangan mudah dilacak. Nah masalahnya, naudzubillahi min dzalik kendaraan kita hilang ya, lapor dong ke polisi. Jawaban apa yang paling banyak niat lapor malah diminta duit, kalau nggak pakai duit lapor hanya laporan.

Nah lebih gilanya nominal pajak yang tertera di STNK tidak sesuai dengan nominal uang pajak yang kita bayarkan saat di Samsat. Kalau kalian bayar pajak 5 tahun, pasti merasakan hal itu. Nggak heran dong masih ditemukan beberapa masyarakat enggan menyuratkan kendaraan motornya. Karena terlalu lama kendaraannya tidak diurus suratnya, harga bayar pajak lebih tinggi dari harga motor haha.

 


Beli Bensin dibatasi

Salam seperjuangan pengguna sepeda motor seperti diriku, isi bahan bakar di pertamina antriannya bikin orang geregetan. Sabar masing mending panjangnya segitu, belum sepanjang utang RI ke luar negri kok wkwkw. Pemadangan lewat di depan pom bensin saat ini adalah antri, antri dan antri. Nunggu jam 10 malam keatas baru pom bensin sepi haha. Terutama kaum pemuja pertaliter macam diriku, maklum isi pertamax nunggu gajian awal bulan cuy.

Beli bensin eceran di toko terdekat jadi jalan ninja menghindari antrian panjang di pom bensin. Yah meski harga beda tipis setidaknya bisa hemat waktu. Sudah dengar dong kalian, kalau bensin tidak boleh pakai jerigen alias dilarang. Tapi ini kan Indonesia tidak kekurangan akal untuk mencoba. Pakai  Tossa, mobil, atau motor dengan tangki besar buat kulak bensin.

Pom bensin pertamina tidak tersedia sampai pelosok desa, apa iya misal tiba-tiba mogok harus berlarian cari pom bensin pertamina. Ini Indonesia semua tidak bisa serba ada. Yang menolong masalah seperti itu ya penjual bensin eceran botol itu.

Tapi tau nggak sih kalian pom mini yang beredar luas sekarang itu katanya curang. Itu loh yang modelnya kayak pom bensin tapi kecil, terdapat di toko kelontong terdekat yang isi ulang bensinnya kulaknya manual pakai jerigen juga. Menurut survey pembeli dari Ibuku aku beli di pom mini 15.000 nggak sampai di 2 garis, tak ras-rasain kok banyak angin yang masuk.

Ibuku penjual bensin eceran tapi pakai botol kaca itu, kulakannya nggak bisa pakai jerigen kayak dulu. Sekarang kulakan pakai motor mega pro dan harus bolak-balik. Kebetulan saat itu yang kulakan adek, karena sering bolak-bolak beli pertalite full tank pakai motor laki, petugas SPBU seolah nggak terima, nggak suka, sampai plat nomor kendaraannya dicatat.

Astagfirullah adek aku beli ke pom bensin nggak mencuri, sampai seperti pegawai SPBU melakukan pelarangan pembeli yang menjual lagi bensinnya, lalu apa kabar SPBU sebelah yang sudah dibooking oleh oknum bersuku yang tidak terkalahkan. Aku tidak mau menyebutnya nanti malah disebut rasis. Karena sekarang kulak bensin susah banget, oknum tersebut sengaja memberi suguhan istilahnya sogokan untuk orang kantor agar dibolehin beli bensin dalam jumlah besar. Bahkan isi bensin sampai ambil sendiri loh. Nah jangan heran ya toko-toko terorganisir itu, yang marak ada dimana-mana katanya yang hanya bisa menandingi minimarket, pom bensinnya gak pernah kosong. 

Cari kerja susah, giliran dapat malah diperas

Pekerjaan apa dulu ini, kalau kerjanya tidak ikut pemerintah, lembaga ya fine fine saja. Yang miris itu kerja ikut lembaga atau pemerintah, benar gaji UMR tapi pungutan liar dimana saja. Sudah masuk kerja dimintai sejumlah uang, kerja belum genap setahun sudah dipalaki uang. Orang dicari kesalahannya agar dikeluarkan, sebelumnya alasan dimutasi padahal alasannya mau dikeluarkan. Kalau tidak mau dikelurakan ya harus bayar uang sejumlah yang dia minta.

Waw hebat bukan negeri kita semua bisa dikendalikan uang. Kalau kalian rela meninggalkan pekerjaan atau mau membayar registasi lagi? Jawab di kolom komentar ya. Dan itu terjadi berulang-ulang dimanapun lokasinya. Lah iya orang kayak gitu kok nggak di adzab Allah di lokasi kalau kata ibu “lah iya uang kayak itu dipakai menafkahi istri dan anaknya, suatu saat nanti anak keturunannya mengunduh hasil keburukannya”.

Negeri menjunjung kepopularitasannya

Bagaimana tidak acara talkshow harusnya mengundang figur yang berpengaruh di bidang pendikan, berjiwa sosial, peduli lingkungan dsb yang berhubungan dengan kegiatan positif. Tapi yang diuandang justru hal-hal dalam tanda kutik ufaedah. Kontroversi yang harusnya tidak perlu diirik media, malah disiarkan pagi siang malam.

Urutannya viral dulu di medsos, dipuja-puja netizen baru diudang ke stasiun tv. Ambil contoh Bunda Corla kemarin, lebih banyak pro atau kontra? Lebih banyak yang senang kan. Sampai didatangkan langsung dari Jerman. Dibuatkan acara khusus, diundang sana sini, diajak collab artis sana-sini. Mungkin dari sisi kemandirian dan kerja kerasnya lah yang patut dicontoh, meski sudah masuk usia lansia amasih semangat bekerja tapi tidak untuk dipuja-puja sana sini, itu terlalu berlebihan. Tapi ya itulah negeri kita terbalik.

Pandawara, kisah 5 anak pemuda membersihkan tumpukan sampah di sungai tidak ada respon dari stasiun tv untuk diudang. Negeri kita ini tayangannya menghasilkan cuan bila isinya hal-hal yang lucu bukan soal edukasi. Ada kabar pandawa diudang di stasiun TV? Tidak ada.

Belum lagi di tiktok live live meresahkan. Live mandi lumpur nenek, eh sekang live mandi lumpur pakai robot astagfirullah maraknya gitu banyak nge-gift. Gila nggak sih, kok malah di support netizen harusnya nggak usah ditonton.

Kalau sudah mengerti kondisi negeri kita seperti ini, apa solusinya? Matikan televisi atau pindah ke luar negeri wkwk. Mau tidak mau suatu saat bakal terbawa arus itu, wa inshallah selama masih berpegang teguh pada syariat umat beragama dengan izin Allah kita bisa mengendalikan dan tidak sampai terbawa arus.

Dunia ini fana’, setelah kematian masih ada kehidupan di akhirat itu saja loh gampangannya kalau mau membelot ke jalan keburukan.  

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

8 komentar

  1. Dari sisi blogging salah satu tujuan saya ngeblog buat nandingin artikel-artikel yang dibuat dengan sembarangan. Sebisa mungkin bikin artikel yang lebih bermanfaat.

    BalasHapus
  2. Ya gimana ya dinikmati aja inilah yang namanya hidup hehe

    BalasHapus
  3. Yah bagaimana yah, namanya juga .... jadi takut nulisnya hahahahahaha

    BalasHapus
  4. Hmm, saya bacanya ikutan terbawa arus. Ikutan kalimat di atas : Yah, mau bagaimana lagi yaa

    BalasHapus
  5. Agak susah sih mengubahnya. Bukannya pesimis, tapi yang disorot media aja yang unfaedah.

    BalasHapus
  6. Yah mau bilang gimana lagi ya. Semangat terus nulisnya.

    BalasHapus
  7. yahh begitulah terkadang kak,

    BalasHapus
  8. Dalem ini artikel, sy pernah baca dan smp sekarang dijadikan prinsip. Intinya kalo kamu blm bisa merubah lingkungan apalagi dalam cakupan luas, maka rubahlah diri kita sendiri. Minimal tidak jadi beban, atau malah memberi inspirasi buat orang lain. Jadi orang yang bermanfaat dan intinya jangan berhenti jadi orang baik jangan berhenti mencintai negeri ini :)

    BalasHapus

Posting Komentar