[recent]

Recent Post

3/recentposts

Tips dan Trik Jadi Food Writing ala Agung Widyamoko

5 komentar

 

Apa bisa hanya baca tulisan mampu merasakan lezatnya makanan? Apa cuma visualisasi yang bikin ngiler orang lain? Owh tidak dong, melalui tulisan bisa loh menarik pembaca seolah sedang merasakan makanan.

Alhamdulillah hari Ahad tanggal 15 Januari 2023 kemarin aku berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan Akademi Penulis Buku. Dengan pemateri Agung Widyamoko. Seorang food writer sekaligus pendiri Dapur Tulis tahun 2008.

Pengalaman pertama menjadi food writer adalah mendapat klien dari Singapura tourism internasional. Ia diminat membuat sejulah tulisan entertaiment termasuk restoran dan cafe Singapura. Kini dipercaya Unilever Food Solution dan Unilever Professional untuk mengelola seputar makanan higienitas.

“Nikmatilah menulis seperti sedang masak, selalu ingin memberikan rasa paling enak untuk disajikan”.

Syarat menjadi penulis makanan ada tahapannya menurut Agung Widyamoko

Food Writing

Menceritakan sebuah makanan layaknya kita sedang membahas keadaan seseorang dari segi manapun. Maka dari itu saat mengolah tulisan diupayakan membahas dari segala sisi panca indera. Gunakan kata-kata tidak tidak biasa, misalnya kata Mak nyus milik pak Bondan. Sebuah tag yang cukup melekat hingga saat ini.

Nah sama hanya dalam food writing, kekuatan strory telling perlu dibangun.

Food Research

Untuk menghasilkan ulasan sempurna seorang reviewer pelu meriset produk tersebut. Seperti food vlogger di istagram mereka rela mendatangi lokasi terpencil kalau kata anak sekarang hidden game demi bisa merasakan makanan yang super paripurna.

Food Photo

Tulisan tanpa gambar bagai sayur asem tanpa garam, yaps hambar. Foto itu sebagai pelengkap sajaian tulisan kita. Apa yang jelaskan kepada pembaca, diiringi foto yang terpampang pembaca akan dimudahkan untuk membayangkan seenak apa makanan yang sudah diulas.

Food Marketing

Setelah kita mengetahui arah konten ini siapa saja yang mengkonsumi, baru kita mencoba bagaimana tulisan tersebut bisa menjadi ide bisnis. Dunia Food & Beverage katakanlah Restaurant, Cafe lagi menjamur di Indonesia sangat potensial bagi para konten creator.

Ada ulasan melalui blog, media sosial mampu menaikkan nilai kunjung dan daya tarik konsumen. Finally simbiois mutualisme.

Ade Putri Inspirator Food Storyteller

Ade putri menyebut dirinya sebagai pecinta kuliner. Menulis, memotret, melalakukan riset, dan berbicara di depan umum untuk mengenalkan makanan. Ketika ia mengisahkan makanan atau santapan dengan baik, selain menikmati santapan melalui indra penciuman penglihatan, dan pengecap, pendengar juga menimati adanya kisah dibalik layar yang menyertai makanan tersebut.

Alasan dirinya menjadi culinary storyteller adalaha ia merasa jka cara terbaik dalam melakukan kegiatan dan edukasi kuliner ialah dengan mendongeng.

Melalui media sosial Ade membagikan pengetahuan, menceritakan suatu makanan beserta sejarah dan budayanya, sekaligus mengajak para pengikutnya teman-teman diluar sana untuk ikut melakukan sesuatu demi melestarikan budaya kuliner Indonesia.

Ade Putri Paramadita pernah mendampingi Ramsay juri masterchef internasional menjelajahi Sumatera Barat, mengolah salah satu kuliner indonesia paling terkenal, Rendang. Dalam hal ini Ade memperkanalkan masakan Indonesia sekaligus jadi penghubung antara Ramsay dan pihak di dalamnya.

Bagaimana Meriview Makanan Jadi Sebuah Tulisan?

Yang Kamu Tahu

Sederhana, memulai menulis soal makanan dari hal yang ada di sekitar. Misalnya barusan saj aaku menikmati makanan tahu tek. Nah kenapa kamu memilih tahu tek? Apa saja bahan-bahan untuk membuat tahu tek? Apa tahu tek ada di seluruh indonesia atau hanya di Jawa saja?. Anggaplah itu rumusan masalah, kemudian menjawabnya diulas menjadi sebuah tulisan.

Yang Kamu Nikmati

Bagaimana rasa dari makanan yang sudah dinikmati. Kita menggambarkan makanan dari sudut pandag beragam  tanpa terkecuali. Bisa dijelaskan kenapa tahu tek lebih enak dinikmati malam hari? Ada nggak hotel bintang lima yang menyediakan menu tahu tek? Berapa kisaran harga tahu tek? .

Yang Bikin FOMO

Fear of missing out dikarenakan cemas bila tidak mengikuti tren orang-orang kebanyakan. Orang Jawa meyebutnya latah alias ikut-ikutan. Salah satu dampak dari penggunaan gadget dan konsumsi media berlebihan. Artinya sebagai reviewer harus cerdik dan tanggap makanan apa lagi booming sekarang?.

Kondisi FOMO itulah dimanfaatkan ladang bisnis sejak 2013. Membuat konsumen melakukan pembelian sesegera mungkin walapun itu tidak seberapa dibutuhkan. Entah itu diskon atau stok terbatas.

Fenomena takut ketinggalan ini bisa kita manfaatkan untuk mendongkrak makana viral apa yang perlu diulas. Dengan begitu keyword yang kisa pasang bisa menambah traffict pengunjung lebih banyak.

Apakah Tulisanmu Bisa “dimakan dan dinikmati sampai titik terakhir?”

Hayo pernah terpikirkan nggak soal ini. Layak nggak sih tulisan aku dinikmati pembaca atau tulisanku hanya untuk pemuas nafsuku saja?. Why menulis? Tulisan yang tulis adalah emosi yang kita miliki, bagaiamana orang lain merasakan emosi yang aku rasakan lewat tulisan.

Ternyata menulis tidak semudah itu wkwk. Ada makna dan pertanggungjawaban dari tulisan yang akan dipublikasikan.

Menulis makanan dengan pancaindera termasuk cara cukup unik. Fokusnya pada indra dan sensai serta kenikmatan yang mengikuti. Kita ingin menjelaskan kepada pembaca warna tahu tek saat sudah dihidangkan, merasakan sensasi ulekan kacang tanah bercampur petis menyetuh lidah, sensai lontong yang lumer saat mendarat di mulut, aroma khas bumbu kacang berbaur toge melimpah, suara krak dari krupuk membelah telinga dan hidung, dan kelembutan tahu setengah matang diublek bersma bumbu kacang dinikmati selagi panas.

Buatlah ulasan dengan kata ganti lebih personal, hindari kata “enak’ fungsinya selain ingin menunjukkan sesi berbeda, lebih mengarah branding dan penjelasan lebih paripurna. Misalnya ganti dengan manisnya pas. Ganti kata dapur, mislanya studio masterchef mengolah daging masterpiece. Ganti kata peda dengan membakar lidah.

Masukkan unsur visualisasi tindakan. Menggambarkan sensasi menikmati makanan dengan kejadian nikmat lainnya. Mengunyah daging wagyu A5 seperti sensai mendaki gunung. Capeknya sampai ke puncak tak terbayangkan. Namun ketika diatas, pecah semua leleh. Harga wagyu yang membuat ragu dompet kita, langsung leleh, oleh kelembutan daging tiap gigitan. Seperti terbang menabrak awan, lalu beradu dengan hamparan karpet pemadangan hjau menetramkan di bawah.

Sudah Siap Jadi Food Writing?

Apakah aku bisa jadi food writing? Baiklah biar waktu yang menjawab hehe. Pesan dari coach Agung Widyamoko untuk kalian yang serius menekuni dunia kuliner.

1. Temukan cerukmu. Kenali tulisan seperti apa yang membuatmu mudah dikenal orang.

2. Tampilkan tulisanmu. Buat blog pribadi, status di medsos tentang makanan.

3. Bangun rekam jejakmu. Portofolio karya sangat pentung untuk membangun reputasi.

4. Coba berkompetisi. Muliai menulis untuk artikel berbayar di media massa.

5. Bangun jejaring. Masuk komunitas, WAG, atau ikuti seminar F&B untuk membangun eksistensi.

6. Evaluasi dan perbaiki. Semua butu proses dan jadikan kritik sebagai masukan dan perbaikan.

"Di dunia Food Writer, penulis adalah seniman serbabisa dengan senjata pancaindra." 

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

5 komentar

  1. kayaknya nulis tentang food writing butuh effort yang lumayan juga ya
    gimana kita bikin tulisan yang menggugah selera pembaca akan suatu makanan yang kita ulas.
    aku sendiri banyak belajar juga tentang food writing

    BalasHapus
  2. menarik juga sepertinya menjadi food writing, tapi sedikit agak susah kalau dilihat-lihat karena harus ngeluarin effort yang lumayan juga, apalagi kalau baru mulai.

    BalasHapus
  3. Wah ini ilmunya keren banget sih, daging banget.. Aku belum bisa seperti itu. Jadi pengen belajar. Makasih mbak sharingnya sangat insightful....

    BalasHapus
  4. Dari contoh yang dijelaskan jadi bisa ngebayangin gimana kerennya food writing. Bener2 bisa berasa kaya lagi nikmatin hidangannya.

    BalasHapus
  5. Menulis lalu mereview makanan untuk dijadikan tulisan ternyata tidak mudah namun tak begitu sulit juga, jadi tertarik nih..

    BalasHapus

Posting Komentar