[recent]

Recent Post

3/recentposts

TPQ Sudah Mulai Ditinggalkan, Apa Benar?

 

Puasa sudah masuk hari ke 17, semangat menjalani ibadah sudah harus meningkat derastis menuju persiapan malam ke 20 Ramadan. 

Hari ini aku sedikit sedih datang ke TPQ. Ya, hari ini hari Sabtu jadwalnya anak-anak belajar praktek salat berjamaah. Tapi yang datang malah sedikit sekali besti. Sedih akutuh padahal tempat tinggal mereka dekat lingkungan TPQ tapi susah banget berangkat. 

Lah tempat tinggal gurunya nan jauh disana, beda kecamatan pula berangkat siang-siang kepanasan. Alhamdulillah siang ini langit mendung, berangkat ke TPQ pakai jas hujan kekehujanan.

Sampai TPQ yang datang anaknya bisa dihitung pakai jari. Rasanya mengelus dada. Jumlah santri di TPQ ada sekitar 30 an tiba hari sabtu praktek salat yang hadir kurang lebih 10 anak saja udah alhamdulillah

Mereka yang semangat datang di hari sabtu justru mereka yang kecil-kecil umurnya 3-6 tahun. Yang besar-besar kelas 5, 6, bahkan SMP malah tidak pernah masuk di hari sabtu.

Aku merasa kok makin kesini, santri yang sudah beranjak dewasa malas datang mengaji ke TPQ. Apalagi yang SMP maah udah nggak pernah kelihatan di TPQ. Bhirawa, dia pertama kali mengaji saat kelas 6, dia mengaji mulai dari nol jilid sampai akhirnya bisa tuntas jilid 6 dan masuk alquran. Bertepatan dia sudah masuk SMP kelas 1, tingal melancarkan baca quran eh justru jarang masuk. Dalam satu bulan bisa masuk cuma tiga kali saja. Alasannya kebanyakan les, dari les renang, ikut sekolah sepak bola akhirnya capek nggak berangkat mengaji.

Kembali lagi kalau mengaji di hari sabtu tidak ada ngaji jilid, tapi belajar prakek salat dan cerita tentang Islam gunanya supaya gerakan dan bacaan salat anak-anak disempurnakan. Tapi nyatanya yang datang sedikit sekali. 

Aku merasa praktek salat seolah-olah nggak penting, dan orangtuanya seakan mendukung ketidakhadiran anaknya ke TPQ. Jadinya aku bersuudzon ke walimurid karena tidak memberangkatkan anak-anaknya dengan berbagai alasan. 

Hal itu sudah menunjukkan runtuhnya generasi anak-anak sekarang, berangkat ke TPQ mulai aras-arasen, belajar praktek salat katanya membosankan kan bisa dilakukan dirumah sama saja.  

Belum lagi kalau pulang sekolah kesiangan, udah deh nggak berangkat ke TPQ. Belum lagi tugas sekolah banyak, atau lagi Penilaian Tengah Semester ngaji di TPQ mulai tersingkirkan. 

Jawabannya ngaji privat. Jujur aku agak gimana kalau dimintai tolong mengajar ngaji privat, mengaji dirumah anaknya, biasanya anak akan semakin merasa seenaknya karea merasa di kandang mereka. Sedangkan gurunya seolah menjadi babu, derajatnya makin turun. 

Jauh berbeda ketika anak datang ke TPQ mengaji bersama, temannya pun banyak, bisa saling mendukung, saling berkompetisi naik jilid, justru itu yang membangkitkan semangat mengaji bukan malah gurunya dipanggil datang ke rumah. Yang ngajinya seminggu 2 kali cukup. Terus apa yang mau dicapat?.

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar