[recent]

Recent Post

3/recentposts

Ceritaku Melawan Tetangga Keras Kepala

Posting Komentar

 


Hidup ini hanya sekali, berbuat baiklah kepada siapapun yang ada di muka bumi begitulah kalimat bijak berbunyi. Selagi udara masih bisa dihirup, indahnya dunia masih tampak tidak ada salahnya bukan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lika-liku kehidupan di dunia, semua sudah digariskan oleh Tuhan dimulai dari bangun tidur sampai kembali tidur. 

Ada yang bilang hidup ini keras. Boleh jadi iya, bagi sebagian orang yang meyakininya. Hanya bagiku hidup ini keras atau tidak tergantung pola pikir manusia sendiri. jika dia siap, memiliki tujuan, sanggup mengarungi derasnya hari, bulan, dan tahun tentu bukan sebuah rintangan.

Tapi nyatanya hidup tak semudah dan seindah yang dipamerkan iklan di televisi. Ada salah satu iklan cukup menarik untuk dinimati No Pain No Gain, ya tentu Tuhan juga akan diam jika melihat makhluk cipataannya tidak berusaha.

Dala Alquran surat Ar Ra’du ayat 13 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Dari sini sudah jelas bukan, berusaha adalah kunci bertahan hidup di dunia.

Berusaha tidak melulu tentang bisnis, perjuangan seseorang, karir dan impian. Salah satu berusaha yang cukup sulit untuk dijalani makhluk di muka bumi adalah berusaha sabar dengan tetangga komplek sendiri.

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup secara mandiri walaupun sudah berkeluarga. Adanya masyarakat juga berawal dari kehidupan bertetangga. Bersikap baik dengan tetangga merupakan salah sunnah yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya, sebagaimaa diriwayatkan Aisyah RA: “Tidak ada henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku mengira bahwa Jibril menetapkan hak waris bagi tetangga”.

Definis tetangga tidak sekadar yang seiman melainkan juga berbeda keyakinan. Tetangga adalah orang yang pertama kali mengerti dan mengetahui kondisi ketika kesusahan. Oleh karena itu ada bertetangga sangat ditekankan dalam syariat islam. tetangga bisa saja orang yang pintu rumahnya dengan rumah kita atau orang yang jauh rumahnya tapi mengerti kondis keseharian kita.

Adab Islam menganjurkan kita untuk memuliakan tetangga dan jangan melalaikan perhatian kepada mereka. Dari Aisyah, dia berkata “Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga, lalu manaah yang lebih dulu aku beri hadiah terlbih dulu? Beliau menjawab: “Yang lebih dekat dengan pintu rumahmu”. (HR Bukhri-5561)

Begitu pentingnya dalam agama Islam kita diwajibkan untuk memuliakan tetangga. ibu pernah bilang biarkan saja ndak perlu diingatkan, nanti dibilang pelit sama tetangga sendiri. walupun rumah yang kami tempati terbilang jauh dari kampung. Tetangga kanan-kiri bukanlah berupa kelurga dengan rumah masing-masing melainkan tetangga para usaha. Sebelah barat ada produksi pentol dan jualan  sayur, belakang rumah ada showroom mobil Toyota, sebelah timur ada warung kopi, warung nasi.

Bertetangga dengan sesaama penjual, tentu memiliki nilai istemewa tersendiri loh. Sebelum ada warung kopi di samping rumah. Masih berupa lahan kosong, bekas lahan pertanian, luasnya cukup panjang. Akhirnya disewa lah itu tanah untuk bangunan warung kopi, secara di sekitar situ memang belum menjamur warung kopi free wifi.

Warung kopi itu sudah buka, tidak asing rasanya hanya menyediakan kopi, mi instan dan camilan pastinya ada salon musiknya. Lagu atau musik di tengah-tengah masyarakat sudah menjadian sajian dalam tiap jamuan bukan. Menyetel musik yang didengarkan beramai-ramai tidak mungkin bervolume pelan ataupun standar. Pastinya volume musik dikencengin dong, alhasil aku sebagai tetangga terganggu sekali, apalagi khas musik warung kopi itu tidak lain adalah dangdut. Bisa dibayangkan pagi, siang, sore, malam, shubuh musik tiada henti kecuali mati listrik. Baru deh telinga ini istirahat.

Masih lebih baik muroja’ah surat Al Mulk, lah ini murojaah lagu dangdut tiap hari. Ngelus  dada, mbatin tiada henti, nyerocos mulu’ mulut ini. Beroperasi 24 jam nonstop. Ingin sekali rasanya aku marahin, maki-maki yang jaga warkop, tapi Ibu selalu melarang dengan alasan nanti jadi bertengkar.

Sudah hampir 1 tahun keberadaan warun kopi itu, masih dengan kebiasaan sama menyetel musik sekenceng-kencengnya. Aku sendiri itu heran, dengerin musik sekeras itu apa telinganya gak jebol gitu, kalau ngomong apa ya kedengeran, hadehh.

Ingin sekali aku melawan sombongnya itu, seenaknya sendiri, mentang-mentang di sekitar ini bukan lingkungan padat penduduk.

Kembali lagi, Ibuku tiada henti mengingatkan supaya tidak membalas perbuatan tetangga warung kopi. Sampai akhirnya kesabaran itu berakhir satu tahun kemudian. Ada bangunan baru di sebelah timur warung kopi. Jelas akan ada penghuni baru disampingnya, yang pastinya berkeluarga.

Rumah beserta tokonya belum juga genap dihuni satu bulan, sudah kenalan dengan musik kencengnya warung kopi. Karena penghuni rumah yang ini tidak terima, tiap tidur malam terganggu akhirnya seringlah terdengar pertengkaran hampir tiap hari.

Tujuan awalnya dari penghuni baru ini mengingatkan, lama-kelamaan kok tidak ada perubahan jadilah nasihat yang alot. Tidak terima, istirahat malamnya selalu terganggu, Pak RT jadi pilihan untuk melapor. Sempat dikumpulkan untuk mencari solusi terbaik. Kelanjutannya masih sama, kebiasaan warung kopi tidak boleh kalah. Los dolll musik dangdut, prei kanan-kiri.

Sebenarnya aku tidak seberapa ingat sudah berapa lama pemilik toko bangunan itu menempati rumahnya, katanya sudah 1 tahun bilangnya. Dan sekarang mereka memilih mengalah, menjual bangunan rumahnya karena sudah tidak kuat goncangan musik tiap hari. Sudah melawan tapi tiada hasil.

Lalu bagaimana dengan aku yang juga masih tetangganya. Kalau terdengar musik terlalu kencang kulempar saja dengan bebatuan kecil dinding warung kopi itu. Langsung yang jaga warung kopi sudah merasa dirinya diingatkan secara kode, musik dipelankan begitu seterusnya.

Dari cerita warung kopi itu, hikmahnya adalah sabar itu tiada batas, melawan juga bukan pilihan yang bagus, yang kuat belum tentu menang. Meskipun sikap warung kopi yang seenaknya seperti itu, Ibu tidak membenci orangnya justru tetap baik misalnya kalau ada acara di rumah ibu juga tidak lupa membagikan makanan. Berbeda denganku, kalau udah jengkel sama orang, menatap mukanya aja pengen jotos seketika.

Keberadaan warung kopi memang simbiosi mutualisme juga bagi toko milik ibuku, namun hal itu harus dibayar mahal dengan kesabaran tiada batas. Tetangga paling dekat dengan rumah, kalau suatu saat nanti terjadi sesuat juga pasti kebencian akan melebur seiringnya bergulirnya waktu.   

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar