[recent]

Recent Post

3/recentposts

Review Film Pendek Cream (2017) dan Tilik (2018)

1 komentar

 


Ketika sutradara menciptakan sebuah karya baik itu film layar lebar ataupun film pendek, tentu tidak lepas dari yang namanya ulasan. Jika sebuah film mampu menghadirkan esensi baik atau buruk, tentu penonton alias masyarakat yang berhak memberikan kritikan tersebut. Seperti halnya film pendek berjudul Cream dan Tilik. Film pendek Cream yang digarap di Amerika oleh David Firth, sedangkan film Tilk digarap di Indonesia oleh Ravacana Film berikut masing-masing ulasannya:

1. Film Tilik

“Tilik” dalam bahasa Indonesia diartikan menjenguk. Mencerikan segerombolan ibu-ibu yang menempuh perjalanan menjenguk Bu Lurah di rumah sakit yang letaknya di kota. Sepanjang perjalanan penonton akan disuguhkan perbincangan hangat. Film pendek Tilik ini merefleksikan kebiasaan masyarakat lokal terutama Ibu-ibu jika sudah berkumpul tiada lain adalah mengggosip. Justru, karena cerita itu yang disukai, erat dengan kehidupan sehari-hari.

Bu Tejo sebagai pemeran utama digambarkan sebagai orang yang selalu up to date informasi alias penghamba internet kehidupan orang di desanya, tukang ghibah, pencair suasana alias humoris, sedangkan lawannya adalah Yu Ning, digambarkan sebagai sosok yang selalu mengutamakan bahwa informasi harus diklarifikasi lebih dulu sebelum diceritakan ke orang lain, menurutnya informasi dari internet bukan sebuah kebenaran.

Alur cerita semakin kocak dan hangat, Bu Tejo si ratu ghibah membeberkan satu-persatu tetang Dian, si kembang desa yang pekerjaannya dianggap tidak nggenah. Karakter dari Bu Tejo sendiri yang mudah mempengaruhi orang lain, tentu dengan mudah mendapat dukungan dari Ibu-ibu lain dalam bak truk tersebut. Tak terima jika Dian yang dibicarakan tidak-tidak, Yu ning membalas argumen Bu Tedjo berkali-kali.

Namun di akhir cerita semua yang dibeberkan Bu Tejo benar nyatanya. Dian yang di gosipkan Bu Tejo berselingkuh dengan Pak Lurah selalu didukung Yu Ning, sedangkan Yu ning merasa kecewa karena informasi yang didapat kliru bahwa Bu Lurah belum bisa di jenguk. Yu ning yang bertahan diri agar tidak termakan hoax, mencari klarifikasi sana-sini ternyata yang dibela tidak sebaik dikira.

Film Tilik ini memberikan semacam ulasan, tidak semua hal dan karakter buruk harus berakhir buruk juga. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana film pendek ini mampu menarik perhatian masyarakat? padahal cerita yang diangkat adalah dekat dengan masyarakat.

Ditambah cara penyajian film Tilik melalui dialog bahasa Jawa yang kontras dengan kehidupan sehari-hari sehingga mendapatkan kesan bahwa penyampaiannya mudah dicerna.

Semenjak Film Tilik viral di pertengahan tahun 2020 ternyata menuai pro kontra, alih-alih orang-orang memberikan kritikan pada Bu Tejo justru peran Bu Tedo mendapat tanggapan positif dari penonton. Bu Tejo berperan sebagai antagonis sudah memecahkan label bahwa orang berkepribadian nyinyir tidak selalu salah.  Sikap Bu Tejo dalam Film Tilik sangat mewakili kaum Ibu-ibu yang merasa terdeskriminasi saat menyebarkan informasi.

Sedangkan sebagian penonton yang berpendapat kontra mengatakan bahwa karakter yang diperankan Yu Ning bisa menimbulkan stereotip di masyarakat agar selalu mengikuti informasi dari info yang tidak jelas sumbernya.

Dibagian ending filmnya adalah Bu Tejo menang dan jadi semacam bukti pembenaran karakter antagonis dalam Film tersebut.

2. Film Cream

Film pendek cream menceritakan seorang ilmuwan bernama Dr Bellifer yang berhasil menciptakan produk dengan bernama Cream, produk tersebut membantu memperbaiki masalah di dunia.

Pertama kita akan diperlihatkan cara kerja cream ini dapat mengurangi penuaan di wajah bahkan di sekujur tubuh, memperbaiki wajah yang telah rusak, menumbuhkan tangan yang sudah diamputasi lalu bagaimana cream itu memperbaiki kesehatan seseorang?, bahkan dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal. Dan yang menarik adalah cream juga mampu memperbaiki hal-hal yang dirasa tidak mungkin seperti kekayaan dan emosional.

Di Film itu digambarkan ketika seseorang mengoleskan cream pada mobil tua kemudian sekejap berubah menjadi baru lagi, ketika cream diusap di tangan muncul perhiasan bahkan yang lebih mengejutkan adalah ketika cream disiram di lahan kerin melalui udara maka lokasi itu bisa subur.

Belum diketahui secara pasti, namun David Firth sepertinya memiliki pesan dibalik pembuatan film ini. Fith mengkritik banyak masyarakat yang takjub dengan produk cream ini karena mampu memperbaiki segala hal yang ada di dunia, membuat segelintir orang kebakaran jenggot atas penemun jenius ini.

Terdapat segelintir orang yang tidak senang atas kesuksesan cream penemuan jenius Bellifer, terjadilah sabotase produk cream. Mereka membuat produk tandingan cream untuk menghancurkan pasar. Dan seperti yang diharapkan, terjadilah kerusakan hebat di dunia karena segelintir orang sudah mensabotase kandungan cream tersebut. Hingga akhirnya pemberitaan menyebar, kampanye boikot dan gudang produk cream dibakar.

Entah dikarenakan terdapat kelompok elit yang tidak menyenangi penemuan tersebut hingga membuat kekacuan parah. Tidak lazim jika seseorang memang mampu meciptakan suatu produk yang jelas kegunaanya, justru dibungkam tindakannya.

Mengenaskan menyaksikan seorang warga sipil dengan keahliannya yang dimiliki, jelas buktinya mampu memberikan solusi atas cacatnya keadaan suatu negeri. Hanya karena perasan tidak senang, takut tersaingi kelompok elit membuat huru-hara di dalam negeri sendiri agar kondisi masih dalam kendali mereka.

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. haha aku liat Tilik dan seketika suka banget sama bu Tedjo
    kelar nonton auto follow akun ignya hehe
    btw, pesan moral dr film pendek tilik itu emang relate banget sih sama masyarakat kita. moga aja yang positif lah yang diterusin hehe

    btw, salam kenal mbak~

    BalasHapus

Posting Komentar