[recent]

Recent Post

3/recentposts

3 Hal Saat Kecil Menyenangkan, Jadi Meyebalkan Saat Dewasa

1 komentar

Sadar nggak kalian bertambahnya umur! Bertambahnya juga kenangan masa lalu yang ingin diulang. Tiap hari ngebayangin betapa indahnya masa kecil ternyata, gitu aku kenapa aku lewatin dengan tidak penuh kesenangan.

Saat kecil ingin cepat dewasa, giliran masuk dewasa ingin kembali ke masa kecil. Siklus kehidupan ini tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa menebak kita bakal jadi apa nantinya. Saat kecil bermain apa saja, dan saat dewasa kita akan berprofesi apa semua jalan Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Hargai setiap kenangan dalam waktu, karena kita tidak tahu sampai kapan Tuhan menghentikan nafas kita”.

Sejatinya manusia didunia hanya mampir minum, itu kenyataanya. Awalnya aku tidak peduli itu benar atau salah. Kukiran hanya peribahasa kata orang saja. Setelah kini memasuki umur ke 26 tahun, rasanya kok cepet banget sudah setengah fase kehidupan. Padahal masih kemarin saja hidup bersama orangtua, bangun tidur sudah ada sarapan tersedia. Eh sekarang tiap hari overthingking nasib sendiri. Gimana caranya berhadapan dengan orang lain? Gimana caranya biar nggak diremehkan orang lain? Gimana biar roda ini tetap stabil? Dan gimana-gimana lainnnya agar Tuhan selalu beri kebaikan untuk kita.  

Masih nggak menyangka sudah melewati fase kehidupan paling mutakhir. Kalau lagi sendirian melamun nyebayangin lagi hal-hal dulunya tidak begitu menyenangkan justru sekarang sangat menyesal dilewatkan. Terutama lagi motoran sendiri, momen pas membayangkan masa lalu penuh kenangan, pernah nangis juga pas naik motor. Untung pakai maske jagi nggak ketahuan pengendara lain. Kenapa ya rasanya plong banget meneteskan air mata pas naik motor?.

Naik Motor Kemana-mana

Saat kecil lihat orang dewasa rasanya menyenangkan, naik motor kemana saja yang dia mau, naik motor sat-set tanpa takut jatuh. Berasa keren lihatnya, orang dewasa naik motor lihai abiss. Dulu aku perna bilang “Kapan ya aku bisa naik motor selihai mereka?”.

Eh sekarang merasakan kemana-mana naik motor bukan buat bersenang-senang tapi memenuhi kebutuhan. Naik motor tiap hari capek juga ternyata. Tau gitu enak masa kecil nggak usah nunggu dewasa.

Naik motor sendiri otomatis tanggung jawab sendiri. Beli bensin pakai uang gajian sendiri, service bulanan, bayar pajak motor tahunan sendiri. Ah jadi dewasa semua serba dipenuhi sendiri. Mau minta orangtua? Kasihan juga, dari kecil sudah dipenuhi udah dewasa masih minta juga.

Macet-macetan Dipagi Hari Itu Menyenangkan

Ini real pengalamanku, dari SD sampai SMA aku bersekolah masih di lingkup dekat-dekat saja. Jadi bayanganku saat dibonceng  motor lihat orang-orang berbondong-bondong mengendarai motor, pakai jaket, bersepatu lengkap dengan tas punggungnya merek  Eiger kok kelihatan asik seru gitu deh. Naik motor macet-macetan bareng pengendara lain. Ahh sekarang Tuhan memutar roda kehidupan itu padaku.

Tia hari suasana kemacetan sarapan menyenangkan bagiku. Nggak macet juga sih, kalau berangkatnya agak pagi jalanan masih lancar saja, nah dari situ aku mengingat keinginan dul ternyata gini ya rasanya wkwkw. Tidak seseru yang kubayangkan, mana kalao telat bangung, alamt jalan udah macet, masuk kantor bisa terlambat, gaji kena potongan wadaw.

Kalau boleh pilih jalan nggak macet aku pillih jalanan lancar, jalanan tidak begitu baik bagi mentalku yang sering up and down. Iya kalau mood lagi baik, kalau mood lagi buruk yang terdengar klakson sana-sini, umpatan pengedara tiada henti, senggol sana senggol sini.

Tidur Siang Itu Dibutuhkan

Ini juga real kehidupanku. Dari kecil aku tidak mengenal itu tidur siang, Ibuku punya toko  akulah sebagai asisten alias yang membantu menjaga tokonya. Nggak tidur siang udah biasa, eh sekarang pulang kerja punggung nggak disenderkan sebentar aja, sebadan ini berasa digebukin orang.

Baru juga sampai rumah, kegiatan selanjutnya sudah menanti. Ah dunia nggak ada berhentinya memintaku kerja keras. Kalau diturutin berlama-lama menyandarkan pungung di kasur, bisa potong gaji awal bulan nanti.

Sebegitu berharganya tidur siang setelah merasakan kerja ikut orang. Kerja ikut orangtua tidak sesaklek itu ya hmm. Meski jaga toko seharian, nggak tidur siang nggak masalah. Soalnya di waktu luang jaga toko, aku bisa curi waktu buat tidur, ada orang beli dibangunin wkwk.

Kalau kerja ikut orang mana bisa curi waktu untuk tidur, resikonya potong gaji.

“Dulu waktu kecil disuruh tidur siang berpura-pura. Giliran dewasa cari alasan biar bisa tidur siang”.

Pada dasarnya di dunia ini hanya berganti peran saja, bayi, remaja, dewasa, orangtua, kakek-nenek, berakhir di liang lahat. Pontang-pontang tiap hari apa yang dicari, kalau tujuan akhirnya di liang lahat? Itu selalu jadi pertanyaan bagi diriku sendiri sebelum tidur. Kalau dalam bekerja tidak diiringi doa, keikhlasan lantas mau minta perlindungan kepada siapa?

Hidup kuwi sawang-sinawang kata orang Jawa, kita melihat kehidupan orang lain enak, padahal kita tidak dia tiap malam tidak bisa tidur. Benar kata Habib Ja’far, hidup gini-gini aja itu enak ternyata, termasuk hidupku sekarang gini-gini aja, mungkin diluar sana banyak orang menginginkan hidup gini-gini aja.

Dambaan hidup seseorang tiada habisnya, selagi masih diberi nyawa kesehatan tidak akan puas. So jalani semua dengan senyuman walaupun terpaksa, ingat selalu Tuhan selalu menyertai kita dan tidak akan tinggal diam.

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. kadang aku juga berpikir kalau pas dijalanmotoran, flashback lagi ke zaman aku SD dulu, kayaknya bebannya cuman sekolah, beli majalah BOBO, Mentari, kirim surat ke sahabat pena, dan belum mikirin "tanggung jawab negara"
    pas udah gede kayak sekarang, udah bisa cari duit sendiri, jadi mikir, kalau dulu ortuku juga sibuk pontang panting nyari duit buat anaknya kalau minta ini itu, les ini itu. Dan jadi mikir mana prioritas dan keinginan

    BalasHapus

Posting Komentar