[recent]

Recent Post

3/recentposts

Refleksi Akhir Pekan [2]

13 komentar

 

Akhir pekan telah tiba, saatnya merefleksikan kegiatan, sikap, perilaku seminggu lalu kemarin. Ada apa sajakah gerangan? Pastinya banyak hal yang sudah dilalui seiring berjalannya waktu. 

Refleksi kali ini diriku tersentuh dengan seseorang yang cukup dekat denganku di TPQ. sosok ini sudah ku kenal hampir 2 tahun. Sering sharing bila ada keluh kesah, berbagi canda tawa kala masalah administrasi dengan pengurus TPQ. Iya sosok ini adalah patner membangun TPQ selama 2 tahun ini. Walau kami bukan membangun fisik utuh dari nol, lebih tepatnya diamanahi mendidik anak-anak dilingkungan tersebut. 

Aku memanggilnya Bu Im. Usiaku dengan beliau jelas terpaut jauh, Bu Im sudah seusia Ibuku sendiri, tapi semangatnya mengaji jangan ditanya? Bukan super jempol lagi tapi superstar. Bu im diamanahi mengajar ngaji untuk ibu-ibu di pagi hari seminggu 3 kali. 

Sekilas aku menilai Bu im adalah perempuan yang berhijrah, karena apa? Orang ini rajin ngaji mendatangi majlis A, B, C, selain itu juga aktif ikut grup kajian, hafalan alquran. 

Masyaallah batinku berucap, aku badannya masih kuat, strong wara-wiri, tiap hari cek media sosial, masih mager buat ikut kajian.

Sebelum penghuni TPQ ada 5 orang, sebelumnya kami hanya berdua aja, ya aku dan Bu Im. Karena cuma berdua, ya jadinya apa-apa tanya Bu Im, dikit-dikit Bu im. Alhamdulillah dalam dua tahun ini personil sudah berlima, Bu Im sebagai koordinator TPQ yang tidak bosan-bosan mengingatkan kita semua agar tidak lupa membaca, mempelajari, mengahafal, memperbaiki bacaan alquran sedikit demi sedikit. 

Yang saya tahu Bu Im sudah memiliki 2 anak dari pernikahannya, yang pertama sudah berusia 27 tahun, yang kedua berusia 15 tahun, tahun ini baru masuk SMA. Setelah  keluar dari pondok tahfidz karena alasan sering sakit-sakitan sampai trombositnya turun. 

Ketika perbicangan sore kemarin selepas anak-anak praktek sholat, rutinan kami berlima belajar bersama, sharing baca alquran, waktunya nggak lama sih hanya sampai sebelum sholah-sholah maghrib. Intinya untuk merefresh pikiran masing-masing. Hitung-itung charge bacaan alquran hihi. 

Sebelum sharing ditutup, perbicangan bablas ke kehidupan sehari-hari, biasalah perempuan kalau ngobrol suka kelewatan. Blak-blakan Bu Im bercerita kalau anak yang selama ini dia ceritakan itu bukan anak kandungnya, melainkan keduannya adalah anak angkat. 

Aku tercengang dong, Bu Im melanjutkan cerita bahwa selama 20 tahun lebih belum diberi Allah titipan berupa anak. Aku diam dong, waktu selama itu belum juga diberi momongan, justru mengambil anak dari saudaranya yang ditelantarkan untuk dibesarkan.

Walaupun kedua anaknya bukan darah dagingnya, tapi bisa kulihat kasih sayang, pengorbanan lebih dari anak kandung.  Meski aku mengetahuinya lewat apa yang diceritakan saat bertemu, anak keduanya sebelum masuk pondok dipersiapkan les bahasa arab, setelah di pondok belum satu tahun tidak betah, memilih sekolah formal saja, juga dituruti Bu Im.

Pengalaman orang lain adalah emas bagi langkah kehidupan kita esok. Meski bukan pejabat, tokoh agama, artis, selebram, orang parenting, psikolog sekalipun bila orang itu mampu menebar hawa positif tidak ada salahnya kita mengambil hikmah dari pelajaran hidupnya. 

Mungkin itu cara Tuhan mengingatkan kita agar tidak lupa daratan, mungkin juga itu adalah awal agar tidak lupa pada-Nya. 

Hal-hal yang bisa kita teladani:

Tidak pernah berbicara materi, jika soal mengaji. Itu yang kurasakan selama ini, Bu Im tidak pernah sedetik pun menyenggol perihal uang atau bayaran jadi guru mengaji, sekalipun kalian semua pasti tahu bukan? Masalah turunan guru ngaji tidak akan ada habisnya dari dulu. 

Aku sendiri harusnya punya pemikiran seperti itu saat mengajar dimanapun tempatnya, fokus mengamalkan ilmu, belajar melupakan berapa imbalan yang akan diberikan. Sayangnya diriku terlalu naif mempercayainya. 

Jika sore hari saya butuh bantuan ada anak tes jilid, dengan senang hati bu im meluangkan waktu meski jam ngaji beliau di pagi hari. Jarak tempuh rumah ke TPQ tidak berjarak dua rumah tapi berkilo-kilometer. Dan itu tidak masalah baginya.

Baginya alquran adalah teman kita jika sudah di alam kubur nanti, kalau tidak kenalan, didekati dari sekarang, nanti alquran tidak mau mengenal kita.

Mengaji, mengaji, dan mengaji. Itu yang selalu kudengar jika bertemu atau telfon. Memang tidak ada bosan meng-ugrade ilmu agama. Bukan orang pondok, juga bukan dari lingkungan agamis, tapi semangat mengaji membara tak kunjung padam.

Ikut kajian online rajin banget, dari kelas bahasa arab, setor hafalan rutinan, kajian offline tetap jalan.

Berhati legowo dan sabar. Apa ya dibilangnya "Wes digawe gampang ae mbak" kalau tiba-tiba ada masalah itu jawabannya. 

Aku masih membayangkan bila di posisi Bu Im, selama kurun waktu pernikahannya belum juga dikaruniai buah hati, tapi dirinya terlihat tegar, sabar. Seolah-olah inilah jalan dari Tuhan, mungkin hal inilah yang menjadikan Bu Im belajar memperdalam ilmu agama Islam dari mulai mempelajari alquran. 

Beliau juga bercerita lagi keponakannya pun ada yang di sekolahkan. Nggak tega melihat keponakan sendiri tidak sekolah, begitu luas hati manusia ini, pantas beliau tidak pernah mengungkit perihal uang dihadapan kami berempat.

Astaghfirullah tersadar diriku dikelilingi orang-orang nggak hanya baik tapi cinta dan rindu Islam. Tuhan tidak ingin aku lepas kendali, menjauh tanpa kontrol, 

Refleksi minggu ini sungguh menggugah hati dan pikiranku sendiri. Apalagi soal bersyukur, rasanya naif kalau manusia merasa cukup nyatanya tak pernah puas. Belajar menerima apa yang Tuhan titipkan adalah bukan persoalan lama atau pendeknya, tapi berani bersabar dan berkorban.


lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

13 komentar

  1. Luar biasa banget bu Im ya mbak. Semoga beliau sehat dan diberikan rizeki yg lancar. Aamiin
    Aku bisa membayangkan gimana rasanya 20 tahun masih menanti rezeki anak yg shalih dan shalihah. Beliau tulus banget sama kedua anak angkatnya ya.. Masya Allah

    BalasHapus
  2. Mengaji mengaji dan mengaji. Saya setuju. Mengaji dalam arti mencari ilmu itu memang wajib karena ibadah wajib seperti yg lima waktu atau puasa Ramadhan pun, kalau tidak punya ilmunya, ya percuma. Mencari ilmu itu harus didahulukan.
    Terimakasih atas refleksi nya. Saya ikut belajar juga

    BalasHapus
  3. Masya Allah ... luar biasa Bu Im. Semoga Allah memberikannya kesehatan dan keluasan hati seumur hidupnya sehingga bisa menjadi perantara pembelajaran kepada lebih banyak lagi orang.

    BalasHapus
  4. Masyaallah sangat keren sekali Bu Im ini yang terpenting terus memberikan mafaat bagi sekeliling kita. Hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua

    BalasHapus
  5. Luar biasa Bu Iim di usia senjannya masih berbuat kebaikan ya untuk masy.sekitar patut diapresiasi dan dijadikan contoh ini

    BalasHapus
  6. Kadang memang kita selalu mendapatkan pelajaran dari orang-orang yang sederhana seperti Bu Im ini ya kak Alfi. Justru kesederhanaan mereka bagaikan perhiasan yang membuat hidup mereka pantas dijadikan teladan.

    BalasHapus
  7. Terima kasih sdah berbagi kisah inspiratif bu im hehe, ada banyak belajar dr kisahnya

    BalasHapus
  8. Masya Allah, membesarkan anak yang bukan anak kandungnya sungguh merupakan pahala besar di mata Allah. Apalagi kalo anak-anak tersebut berada di jalan Allah ya mba, berlipat gandalah pahalanya. Luar biasa Bu Im. Saya pun ikut belajar dari kisah beliau.

    BalasHapus
  9. Sungguh beruntung bisa berteman dengan orang seperti Bu Im ya Mba Alfi... sudah sedikit sepertinya orang yang tidak tertarik bicara materi di zaman now ini. Padahal mestinya sosok salehah yang mendekatkan kita pada kebaikan inilah yang tepat menjadi teman kita yaa

    BalasHapus
  10. MaasyaaAllah

    Orang-orang seperti Bu Im betul-betul sosok inspiratif yang tidak terangkat kisahnya di layar tapi mampu menghadirkan rasa syukur bagi orang-orang yang membutuhkan hikmah ya Mba.
    Semoga beliau dipanjangkan usia dan amal shalihnya

    BalasHapus
  11. Masya Allah, masih ada orang baik yang benar-benar baik ya di dunia ini. Mereka memang melakukannya dari hati, salut banet, jadi pengen kenalan dengan beliau :) Semoga beliau sehat selalu

    BalasHapus
  12. MasyaAllah benar2 perjuangan.
    Aku juga pejuang dua garis biru mba, sampai usia pernikahan ke-9 :D
    Salut deh sama bu Im, semoga segalanya dimudahkan yaa

    BalasHapus
  13. MasyaAllah ya Bu Iim. Orangnya baik dan apa yang dilakukan berusaha diberikan dengan tulus. Semoga kondisi kesehatan beliau terus terjaga dan dilimpahkan keberkahan. Aamiin.

    BalasHapus

Posting Komentar