[recent]

Recent Post

3/recentposts

Risiko Yang Harus Kamu Tahu Jika Punya Warung Dikelola Sendiri, Sudah Siap?

19 komentar


Pada artikel sebelumnya ku sudah membahas suka duka menjadi anak yang telahir dari orangtua yang pekerjaanya jualan sembako (baca). Kali ini akan ku ulas resiko-resiko yang harus dialami sebagai penjual apapun itu yang dijual yang lokasinya menghadap jalan raya langsung emang ada toko yang menghadap alas karena hari-hari ku tidak lebih dan selalu diwarnai dengan kegiatan meladeni pembeli dari mulai melayani pembeli anak kecil, mengangkat galon ke dalam mobil, sampai harus rela terlibat adu mulut karena pembeli tidak bawa uang tapi barang sudah telanjur dibawa. Ya begitulah namanya dunia, kadang warna putih, kadang warna jingga setengah mentah. Di syukuri saja.

Toko orang tua saya bisa dibilang jauh dari keramaian padat penduduk perkampungan pada umumnya. Disekitar lingkungan kami jelas tidak akan kalian temukan rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga. bisa dibilang rumah dan toko kami paling jauh dari perkampungan padat penduduk. Alhasil itulah keunikan toko orang tuaku. Karena izin Allah rejeki itu datang darimana saja, pembelinya pun beraneka ragam pula datangnya. Dari mulai orang yang masih satu desa dengan kami jarak rumahnya cukup jauh jika harus datang ke toko sebut saja toko Bu Anwar harus melewati beberapa toko yang sudah jelas terang benderang menjual barang yang diinginkan si pembeli sampai anak-anak kecil yang hanya ingin membeli balon tiup yang ada sedotan kecilnya seharga lima ratus rupiah.

Toko Bu Anwar terletak di ujung desa Kemiri yang kira-kira 1 km lagi sudah menuju jalan raya antar kecamatan. Dulunya toko Bu Anwar hanyalah salah satu bangunan ditengah-tengah persawahan sebelum kanan-kiri depan belakang sekarang disulap menjadi bangunan-bangunan yang menggusur pemandangan sawah berganti menjadi pabrik, perumahan, lesehan. Diwaktu awal-awal toko Bu Anwar buka ada orang yang pernah mengejek Toko di tengah-tengah sawah begini, ada ta Bu yang beli, sepi nggak ada yang lewat juga. Ejekan seperti itu bukan berarti hanya sekejap terus hilang begitu saja, justru menjadi kenangan sendiri yang tidak bisa dilupakan sampai sekarang.

Sebagai anak sekaligus pelayan toko hafal betul atmosfer dunia perjualan hahaha, sejak umur 6 tahun sudah dipasrahi menjaga toko dari siang sampai menjelang sore. Sampai sekarang ku sudah kuliah pun event menjaga toko tiap siang adalah jatah ku nggak bisa diganti gugat kah ya udah lah terima aja namanya aja lho lagi di dunia daripada siangnya buat bobok cantik wkwkwk. Lalu hal-hal apa sajakah yang ku alami lebih tepatnya apa sih resiko dari seorang penjual itu.


Bertemu orang gila. Lokasi toko yang langsung menghadap jalan raya sangat memungkinkan siapapun berbelok membeli sesuatu jika dirasa itu kebutuhan mendesak. Nah orang yang lalu lalang tiap harinya pasti bervariasi dari mulai petugas sampah, siswa, emak-emak dan bapak-bapak. Nah yang lebih ekstrim itu tiba-tiba ada orang gila datang meminta sesuatu dan kalo nggak dituruti bisa dibayangkan mengamuk dan bisa mengacak-ngacak barang-barang di toko walau sebelumnya belum pernah mengalami seperti itu. Pernah pas waktu maghrib ku jaga toko sendirian mana jalanan lengang, nggak ada orang beli malah datang orang gila tanya-tanya nggak jelas. Benteng yang bisa kupegang saat itu adalah sapu ijuk sebagai pertahanan jika sewaktu-waktu orang gila itu menyerang dalam bayanganku. Dengan memegang gagang sapu ijuk berharap jika mendekat dan akan menyerang bisa kubalas dia itu. Udah telanjur nangis yah orang gilanya tidak berniat jahat justru duduk-duduk di sebelah toko.
Semenjak kejadian yang mau nangis itu gara-gara orang gila kalo maghrib tiba nggak mau sendirian jaga toko. Minta temenin adek laki-laki hehehe.

Manusia hobi utang. Ini sih penyakit bukan bawaan sejak lahir. Agak geram sih kalo ada pembeli, barang udah ditotal sekian eh mba uangnya kurang, nanti ya tak balik lagi sampek seminggu nggak balik-balik itu manusia atau siluman kok tiba-tiba menghilang. Kalo nggak bisa nepatin janji mending nggak usah bikin janji deh. Kalo memang belum ada uang ya jangan maksain beli tahan dulu. Kalo memang uangnya nggak cukup yaudah beli secukupnya uang itu aja nggak usah maksain sampai ngutang. Nah antisipasinya menghadapi manusia semacam ini adalah saat transaksi sudah dilirik bawa uang berapa? Jika dirasa barangnya melampaui uang yang dibawa kita batasi belanjannya dengan mengucap kalimat yang sopan biar tidak sakit hati padahal lebih sakit hati kalo utang tiba-tiba nggak bayar. Orang jualan itu punya dua tujuan menolong orang lain berharap dapat pahala dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau barang dagangan sering diutangin pas waktunya bayar telat ya mana bisa buat kulak an lagi hadehhh.


Tempat curhat orang banyak. Sudah bukan rahasia lagi jika punya toko dan dijaga sendiri jelas tidak ada waktu senggang walau sekedar ngobrol. Walau mereka sudah mengalah diri untuk mendatangiku, ya kalau pas jaga toko ya tetap saja pembeli yang harus didahulukan jika tidak ngomel-ngemel tuh pembelinya. Kadang perasaan tidak punya teman ngobrol kerap kali datang menghampiri pikiran, tapi itu semua kadang tertutup dengan kesibukan ku yang harus menjuali dan menata barang dagangan. Alhasil jusru karena seringnya jaga toko bisa mendapat info, berita meski tidak sempat datang ke tempat kejadian.

Misalnya ada kejadian kecelakaan atau berita orang meninggal dunia yang terjadi di area sekitar desa, tanpa diminta pembeli akan bilang “sampean nggak ngelayat kah, ada yang meninggal”. “loh siapa yang meninggal?”. Nah obrolan pendek semacam itu sembari menjuali barang yang diinginkan pembeli.  Terus nih ada pembeli yang kalo beli itu pasti bilang “aduh kaki ku cenut-cenut” tiap datang ke toko pasti berucap seperti itu tambahnya “kalo di berobatin biayanya bisa buat beli rumah pirang-pirang meter”.

Hadehh bodo amat, mau beli rumah selangit juga bukan urusanku hemmm.

Ada lagi pembeli yang beli itu “westalah sampean jangan kaget, kalo sak deret rumahku itu pada takut semua, gak ada yang berani narik-narik uang, lah gimana dikit-dikit uang, ancene cari uang tinggal nyerok ta” ditambah volume suara cukup keras hingga orang lain yang mau beli takut mau bilang “beli”.


Multiprofesi. Penjual sembako, jajan, kebutuhan sehari-hari jelas menjual barang beraneka ragam lengkapnya tak terkecuali toko Bu Anwar ini. Pernah nggak sih kalian disuruh beli obat ke warung justru kalian malah dibilangin gini “belikan obat buat sakit kepala di warung” “loh obat apa namanya?”. “sudah, bilang saja beli obat sakit kepala nanti yang jual pasti paham?”. hayooo siapa pernah ngaku wkwk.

Pernah juga sempat membenarkan handphone pembeli pulsa yang tiba-tiba ngehank, dan kubantu ternyata bisa. Alhamdulillah bisa membantu sesama. Eh pas orang itu datang lagi kirain mau beli pulsa eh justru minta tolong benerin handphonenya. Mana banyak pembeli, kerepotan, riweh kagak ada yang bantu situ minta tolong padahal dibawa ke service loh bisa.

Gini ya, saya tekankan meminta bantuan kepada orang lain itu wajar karena kita memang diciptakan Allah sebagai makhluk sosial tapi bukan berarti terus bergantung pada orang lain alias Tuman. Ketika mintak tolong pun harus lihat situasi dan kondisi jika tidak memungkinan cobalah berpindah tempat. Bisa jadi orang yang pernah kalian mintai tolong sedang repot. Dan ketika orang yang dimintai tolong menolak please dont judge his/her. Karena kita tidak tau kondisi/suasana hati orang yang kita mintai tolong bisa jadi dia dalam keadaan terpuruk dan anda datang seakan membawa badai besar untuk kepentingan anda sendiri.



Mengikhlaskan tiba-tiba. Lokasi toko yang menghadap jalan raya membuat mata siapapun tertarik untuk berbelok menanyakan apakah barang yang dicarinya ada?. Lalu bagaimana kalau misalnya pembeli itu sering beli di toko sampai-sampai kalian hafal apa barang yang selalu dibelinya. Eh tiba-tiba pembeli itu bilang “mbak, uangnya kurangnya 10.000, nanti sore tak kasih, gak perlu khawatir kan saya udah biasa beli disini”.

Jika muncul kalimat seperti itu maka yang ada dalam pikiran tersebut adalah jujur atau bermain-main dengan hati orang lain. jika orang itu jujur meskipun dia beli uangnya kurang dia lebih memilih balik dulu ambil uang baru bisa membeli barang tersebut atau jika memang sudah dikenal baik bahwa pembeli itu selalu menepati janji ketika mengerti uangnya kurang tanpa menunggu nanti, besok, lusa, seminggu lagi, atau pas balik kesini dibawakan uangnya, tapi setelah pulang membawa barangnya langsung kembali lagi ke toko menyerahkan uang yang kurang tersebut.

Sebagai catatan sering sekali kejadian barang sudah ditotal jumlahnya sekian, giliran uang dikeluarkan ternyata tidak cukup, nah loh, bagaimana?. Alangkah baiknya sebelum belanja cek dulu berapa uang yang dibawa, jangan karena kalap keinginan semua ingin dibeli karena alasan kebutuhan. Jadinya uang kurang, nggak kembali-kembali dibayar kurangan uang tersebut. orang yang berjualan itu beli barangnya pakai duit bukan pakai angan-angan ya masak kalian tega punya kurangan nggak dibayar-dibayar.

Ada real story. Pembeli bawa sepeda motor beli bensin satu liter, giliran mengeluarkan uang eh dompetnya ketinggalan katanya, kalau tidak begitu uangnya kurang. mau dimarahin ya gimana bensin udah telanjur masuk tangki motornya. Jalan akhirnya pembeli harus ninggal barang berharga miliknya supaya meyakinkan bahwa dia akan membayar bensin tersebut. entah itu handphone, helm dalam kondisi bagus, kecuali SIM, KTP, STNK tiga barang itu jelas ditolak. Karena bisa jadi tiga surat itu bukan miliknya atau nemu dipinggir jalan terus dimanfaatkan. Karena saya sendiri sudah sering dapat tiga surat itu niatnya menolong eh malah diriku yang tidak tertolong huhuh.

Kenapa harus ninggal barang berharga? Faktanya ketika barangnya ada pada orang lain jelas dia pasti khawatir barangnya akan kenapa-kenapa. Terus setelah dia ninggalin barang sebagai jaminan ada yang kembali ada yang tidak. Maksudnya ada yang kembali menebus ada yang memang sengaja tidak diambil. Kalau sudah begitu yaudah ikhlasin aja mungkin belum rejeki kita. Tapi ya jangan keseringan.

Sebagai catatan ketika kalian pergi kemanapun berkendara atau tidak, paling tidak kalian membawa uang secukupnya sebagai pertahanan diri jika terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Karena taqdir kita sendiri juga tidak bisa dilihat. Seperti tiba-tiba kehabisan bensin di jalan dan kalian tidak membwa uang sepeserpun, iya kalau ada orang lain yang menolong kalau tidak atau justru dimanfaatkan orang lain bagaimana? Loh jangan mikir yang jelek-jelek dong! Bukan begitu dalam hidup kita harus waspada dengan hal-hal yang tidak terduga. Karena tidak selamanya dewi fortuner ada dipihak kita.

Ya begitu setiap pekerjaan yang sudah kita ambil jelas memiliki resiko-resiko yang sudah kita diduga atau tidak direncanakan tinggal  bagaimana kita sendiri mengantisipasi itu semua agar tidak menjadi beban berlanjut. Menjadi anak yang ditakdirkan memiliki kewajiban membantu menjaga toko orang tuanya bukan sebua masalah tapi keogahan #eh bukan begitu hehehe. Ada banyak sekali kejadian dan pengalaman yang membuat saya menjadi lebih mengerti dan memahami alur kehidupan.
lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

19 komentar

  1. Aku malah sering tu pas motor mogok gara-gara kehabisan bensin baru bingung: Lah, aku bawa duit nggak ya? 😂

    BalasHapus
  2. Saya orangmya pelupa berat nih, kemarin udah tahu janjian sama temen di kafe, eh, lupa bawa duit. Ngutang deh����

    BalasHapus
  3. awalnya mikir ini tulisan tentang hubungan antara jaga warung dengan nulis, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, terus pas udah selesai baca jadi mikir apaan wkwk

      Hapus
  4. cash money memamg perlu dibawa ya mbak, apalagi kalau keluar kota. kadang ga semua toko menyediakan sarana transaksi non cash.

    BalasHapus
  5. Wah, seru juga pengalaman Mba. Aku belum tentu bisa seperti itu. Bawaannya emosian kali ada yg ngutang.. hehehehe

    BalasHapus
  6. Hehehe serunya berdagang ya. Klo saya punya pengalaman buka olshop kurang lebih suka dukanya mirip, ketemu salahbsatunya ... Pengutang. Hehehe

    BalasHapus
  7. ahahaha ini semua pengalaman ibuku yang punya warung sembako, yang dicurhati oleh beliau ya aku

    BalasHapus
  8. hahaha... baca judulnya rada-rada ngeri juga saya padahal baru niat mau bikin usaha

    BalasHapus
  9. Dan tidak semua toko mempunyai merchant spt ovo, bca hehe.. Tapi bagus juga bila meninggalkan barang berharga supaya pembeli cepet pulang ambil uang untuk membayat

    BalasHapus
  10. Iya mbak, begitulah suka dukanya punya toko. Aq juga mengalami, waktu bantu ibu yang buka salon dan menjal alat kosmetik

    BalasHapus
  11. Dari beberapa hal yang mbak tulis, aku mengalaminya. Karena ibu juga punya warung di pinggir jalan yang kadang dibantu anak-anak untuk menjaganya. Ada sih, asisten ibu yang setia. Sekarang ibu sudah pensiun, toko tersebut dilanjutkan pengelolaannya oleh adik saya. Begitulah serumah warungan di pinggir jalan. Btw.. dikit koreksi untuk kata resiko, kata bakunya adalah risiko. Salam semangat

    BalasHapus
  12. Dulu almarhumah mamaku juga buka warung kak. Ya gitu ada beberapa kali yang kurang waras datang, Alhamdulillah-nya masih yang biasa aja seperti pada umumnya orang biasa

    BalasHapus
  13. Seru sekali kisah tentang warungnya ya, hehe. Tantangannya memang biasanya terjadi seperti itu. Ada kerabat saya yang punya warung dan ceritanya kurleb sama. Biasanya yg paling bikin dia jengkel tuh orang yg suka utang padahal kesehariannya terlihat berada, hiks.

    BalasHapus
  14. Bener banget nih Mbak, semua pekerjaan punya risikonya masing-masing ya. Termasuk ketika buka warung/toko gitu. Seperti yang Mbak sebutkan di atas. Eh tapi kadang-kadang saya juga masih suka ngutang sih sama ibu kosku yang punya warung. Tapi itu pun langsung saya lunasi hari itu juga (setelah suami pulang kerja) atau keesokkan harinya.

    BalasHapus
  15. Banyak keunikan ya mbak, saat membantu ortu menjaga toko, kita memang sering dilema antara pelanggan berhutang, hehe.
    Tapi jika nggak dilayani, nanti susah cari pelanggan.
    Nice share mbak.

    BalasHapus

Posting Komentar