[recent]

Recent Post

3/recentposts

Fake Friend

Posting Komentar

Sore itu menjadi waktu terakhir kedua bola mataku menatap wajah ibuku, ambulan buru-buru melaju kencang membunyikan sirine bising menuju pemakaman bersama. Ibuku mengidap penyakit wabah mematikan, kepala kampung menolak mentah-mentah permintaanku agar ibuku di makamnkan di kampung tempat kami hidup bersama. Bejat memang kepala kampung kami!! Bualan itu kulampiaskan melangkah keluar rumah kepala kampung.

“Sialan, suatu saat saat nanti akan kubalas”. Usiaku 17 tahun saat ibu meninggalkanku, tidak ada yang percaya perkataanku bahkan Ayahku sendiri. semua orang meyakini ibu meninggal karena wabah tersebut, anak SMA sepertiku mana mungkin dapat perhatian, ada ambulan bisa mengantarkan jenazah ibu saja masih untung.

Kondisi linglung setelah kepergian Ibu, aku nggak betah serumah dengan Ayah yang tiap malam membawa perempuan lain. hidupku makin tidak karuan nanti, tanpa berpamitan aku pergi ke rumah kakak Ibu. Bude Sanik yang memintaku untuk kemari, agar bisa menenangkan diri.

Sudah seminggu bolos sekolah, lebih tepatnya izin berlarut-larut. Bagaimanapun kondisiku, aku harus melanjutkan hidup, bertemu teman-teman mungkin bisa mengobat rasa sakit di dada

“Nge teh yuk di kantin?”. ajakan Aska enak didengar, dia adalah teman yang tidak pernah ingin tahu masalah temannya sendiri. itulah alasanku aku mau duduk sebangku dengannya dibanding Celine and te geng, anak suka bikin resek, benar memang dia primadona di sekolah tapi wataknya itu sebelas dua belas dajjal.

“Boleh”. Pemandangan sejuk depan kantin yang bikin betah anak-anak SMA KARTINI adalah kakak kelas lagi main basket di sela jam istirahat. “Gubrak.....”. bola basket lemparan kakak kelas mendarat di kepala Celine. Ah mantap akhirnya ada yang mewakili suara hatiku. Seperti biasa dia bakal pura-pura pingsan biar di bawa ke UKS.

***

“Ayah, Khaira?. Aku memergoki di salah satu warung kopi dekat sekolahan, meski aku benci Ayah nggak lupa menyapa jika bertemu.

“Tadi Ayah kamu minta tolong cek pulsanya masih ada apa enggak , kebetulah aku beli minuman disini”. Oh iya, Ayah kan kudet orangnya masalah smartphone wajar Ayah bertanya. Tanpa basa-basi aku melanjutkan perjalanan pulang, sesegera mungkin melihat kondisi Bude.

Sesampainya di rumah, kondisi rumah berantakan tidak karuan, bersimpah darah dimana-mana, aku berteriak minta tolong keluar rumah. Para tetangga berhamburan datang  kerumah, ada yang membantu memanggilkan ambulance, aku berusaha menelpon anak Bude tapi tak ada jawaban, menelpon Ayah tidak ada nada masuk. Apakah aku bakal mengalami kematian mengenaskan setelah kematian ibuku.

Polisi sibuk melakukan olah TKP, garis polisi selesai dipasang menandankan Bude meninggal dalam kondisi tanda tanya. Pastinya ini aneh, tetagga kanan kiri sama sekali tidak melihat seseorang masuk ke dalam rumah. Hal itu yang menyulitkan polisi menemukan pelaku, tuturnya pelaku menghilangkan jejak dan barang bukti agar tidak ku kenali.

Pip pip pip

Bunyi pesan whatsapp masuk, Ayah memintaku mengantarkan ke pasar beli kaos baru. Kondisi tegang nggak karuan, Ayah minta ini, itu benar-benar tidak punya empati. Tidak ku perdulikan pesan dari Ayah, aku lebih mementingkan jenazah Bude yang sedang di otopsi.

Umurku masih terlalu muda untuk menganalisa keterkaitan masalah satu dengan lainnya, bayanganku itu semua memang pure kejadian alam tidak ada rancangan manusia. Nyatanya aku tertipu dunia hina ini, keadaan semakin terpuruk setelah aku melihat sendiri di bawah kolong kasur Ayah ada golok yang berbekas darah sudah mengering. Kutemukan tidak sengaja saat menata baju-baju Ayah. Bolehkah aku berspekulasi ayahku seorang pembunuh?

 

 

 


 

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar