[recent]

Recent Post

3/recentposts

Review Cerpen Setelah Tetua Pergi

Posting Komentar


Alhamdulillah tantangan keempat sudah keluar, waktunya mengerjakan. Eits ternyata tantangan kali ini tidak sesuai perkiraan. Harus memberikan opini dari salah satu cerpen professional yang sudah disiapkan. 

Uluh uluh susah pisan ih, cerpen ini bukan sembarang cerpen. Cerpen ini kayaknya memang sudah dipersiapkan matang-matang untuk memborbardir pikir dan mental peserta odop. Cerpen ini tidak bisa dipahami sekali baca habis, perlu dibaca berulang-ulang sampai mampu memahami jalam cerita yang dimaksud.

Waw cukup membuatku berpikir keras untuk sebuah cerpen. Ah maka dari itu dibuatlah tantangan kali ini. Beginilah hasil setelah aku baca berulang-ulang

Aku memilih cerpen karya Achmad Ikhtiar berjudul Setelah Para Tetua Pergi

1. Diksi yang digunakan berkelas, sukses buatku googling terus-terusan kepo apa artinya, ini adalah tanda-tanda betapa rendah sekali vocab bahasa Indonesiaku. Tambun: gemuk. Cerutu?: gulungan tembakau yang digulung. Entitas: seragam berwujud. Seragam camo: seragam senjata

2. Kalimat penuh teka-teki. Sudah rahasia dalam sebuah cerpen, harus ditemukan kalimat-kalimat tanda tanya yang mengajak pembaca untuk mbulet. 

 "Kita semua tahu, tempat yang kita pijak sekarang ini, tempat yang kita anggap sebagai rumah ini tidak akan mampu mencukupi kebutuhan kita semua jika jumlah kita terus bertahan" . Bisa jadi maksudnya adalah mereka sadar rumah yang ditinggali bersama-sama itu akan musnah karena sebuah kejadian, maka dari itu harus ada yang dikorbankan.

"Tidak sopan menyebut entitas tertinggi di ruangan ini. Kita hanyalah pesuruh-Nya yang bertugas menjalankan tugas-tugas kita sejak awal dibangun" . Bisa jadi maksudnya orang yang disebut para tetua adalah jelmaan malaikat yang hidup berdampingan dalam rumah itu, atau mereka memang benar-benar pengabdi entitas yang tidak boleh disebut itu. 

3. Bercerita tentang pengorbanan. Awalnya mengira akhir cerita akan ada penghabisan nyawa pelan-pelan, tapi nyatanya aku salah, justru ada pengorbanan dari para tetua demi menyelamatkan generasi anak cucu kedepannya nanti. 

Sebelumnya sempat terkecoh di kalimat "kematian yang wajar, kematian yang seolah memanusiakan manusia itu sendiri".  Ternyata itu hanya muslihat agar seolah keadaan itu mencekam, nyatanya para tetualah yang berkoban demi keseimbangan alam. 

4. Happy ending. Senang dong akhir cerita tidak menyedihkan, tebakanku malah bakalan pyhco di siang bolong, syukurlah tidak kejadian. "Sekarang rumah yang mereka tempati nyaman, tak ada lagi perang, pembunuhan atau wabah.

 

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar