[recent]

Recent Post

3/recentposts

Jadi Guru Ngaji TPQ, Kesibukan atau Kebermanfaatan?

25 komentar



Dibesarkan dalam keluarga bukan kalangan agamis apalagi berpendidikan tinggi. Ibu hanya tamatan SD, sedangkan Ayah tamatan STM (Sekolah Teknik Mesin), tapi anaknya bisa mengenyam pendidikan sampai tamatan sarjana. Mungkin ini yang dinamakan berkah, walaupun belum bisa mengenyam pendidikan secara formal, tapi proses belajar bukan berarti terputus begitu saja. Terbukti nyatanya, berkat dzikir, doa yang dipanjatkan seorang Ibu, anaknya tidak mengalami pahit yang pernah dirasakan dulunya. 

Tidak menepis keyakinan walaupun pendidikan orang tua tidak setinggi anaknya, tetap rendah hati dan terus mengingat perjuangan orangtua yang tidak kalah hebatnya sehingga mampu menjadikannya tamatan sarjana.

Sejak kecil suka sekali mengaji, walau pada masa itu metode mengaji di daerah tempat tinggalku belum dimasuki metode mengaji yang beragam. Buku ngaji yang digunakan mengaji namanya iqro’ itu.

Mengaji adalah aktivitas ketiga setelah sekolah dan bermain bagi anak-anak. Mengaji yang lebih dikenal dengan belajar membaca al quran dan tata cara hidup lebih islami.

Ibu mulai mengantarkanku pada lembaga bernama Taman Pendidikan Quran (TPQ) saat usiaku masih 4 tahun. Berpindah dari satu TPQ ke TPQ lain untuk mencari kecocokan diriku dengan atmosfer pertemanan, pengajarnya. Tidak teringat berapa kali aku pindah-pindah TPQ karena tidak cocok, sampai pilihan itu jatuh pada TPQ An-Nur.

Belum aku temukan alasan kenapa aku senang, rajin sekali berangkat mengaji. Kenangan ceria yang masih teringat saat mengaji di TPQ adalah saat hari ulang tahun, Ibu datang ke TPQ membawa jajan se-plastik besar untuk dibagikan dengan teman-teman sekelas mengajiku. Wah itu bahagia sekali, tidak cuma aku tapi teman-teman juga karena dapat jajan gratis.

Karena umur masih terbilang kecil sudah diberangkatkan mengaji, ketika sudah masuk Madrasah Ibtidaiyah aku sudah cukup lancar membaca Al Quran. Masih ingat betul, ada kakak kelas yang ngajinya masih tingkat juz amma sedangkan aku sudah juz 2 an kayaknya. Wagelash itu sih keren banget harusnya, sayangnya belum menyadari saat itu.

Walaupun suaraku saat membaca Al Quran tidak sebagus suara Qori’ yang jobnya tumpah-tumpah. Saat itu aku percaya diri aja ikut kegiatan belajar melantunkan ayat alquran dengan nada-nada atau biasa disebut qiroat.

Pengajarnya namanya mas Dayat, orangnya humoris jarang marah-marah kalau ada yang belum bisa. Termasuk diriku yang kesusahan belajar nada-nada. Belajarnya habis maghrib tiap hari selasa saja.  cuma kebiasaan yang nggak kusuka darinya itu tiap ada praktek maju ke depan selalu aku yang ditunjuk, padahal ada banyak kakak kelas yang hadir, tapi yang diperintah selalu diriku.

Dan yang lebih geregetan, mas Dayat tahu alamat rumahku. Waktu lagi main hp di depan rumah dibahas saat belajar qiroat di depan teman-teman. Malunya itu loh nggak bisa diutarakan dalam kalimat. Aku merasa mas Dayat ini ngeceng  (dalam bahasa jawa) diriku, belum tahu kesalahanku apa.

Al Quran sudah khatam, tempat mengajiku pindah karena sudah masuk tingkat agak tinggi. Ya belajar kitab yang hurufnya pego itu. Kitab yang kupelajari ada tiga kitab ta’lim muta’alim, kita warna hijau lupa namanya, dan kita warna kuning lupa juga namanya.

Sudah menjadi lagu lama mengaji di TPQ dibilang membosankan, karena hampir sama dengan sekolah, tapi tetap saja berbeda dengan sekolah, jika sekolah harus masuk tiap hari tidak boleh boleh, kalau mengaji bisa bolos bahkan berhari-hari. Nah inilah kadang yang menyebabkan belajar mengaji tidak tuntas sampai ke jenjang al quran.

Kejadian saat anak-anak tidak diberangkatkan mengaji ke TPQ ketika sudah masuk tingkat SMP terlambat baca quran dibanding teman-temannya. Yang terjadi adalah anak menjadi malu tidak mau belajar membaca alquran dan dianggap tidak penting, lebih mengutamakan pelajaran sekolah seperti matematika, bahasa inggris, ekonomi.

Alhamdulillah sebelum masuk SMP aku sudah khatam al quran, jadi nggak malu-maluin jika diminta baca al quran.

Jadi guru TPQ

Duduk di bangku Madrasah Aliyah bertemu beberapa teman yang sudah menjadi guru TPQ. Dalam hati kapan ya aku? ingin sekali seperti teman-teman. Kalau mereka sudah bisa mengajar artinya mereka sudah punya sertifikat bukti kelayakan mengajar mengaji, nah sedangkan diriku. sertifikat mengaji saja tidak punya, bagaimana mungkin ucap dalam hati.  

Keinginan itu sudah terucap di bibir, entah Allah akan mengabulkan atau tidak. Yang pasti saat itu sudah kulupakan keinginan itu.

Lulus menyandang gelar sarjana pendidikan, langkah selanjutnya adalah mengamalkan ilmu yang sudah didapat. Sebelum mendapatkan job di sekolahan, lebih dulu diamangi mengajar di TPQ.

lokasinya TPQ lumayan jauh dari rumah, kondisinya baru, belum ada murid sama sekali alias babat alas, sedangkan aku sendiri tidak ada pengalaman mengajar di TPQ sebelumnya. Diminta bersabar mengajar ngaji dari yang hadir baru  dua anak. 

“Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-A’raf [7]: 204)

Berbulan-bulan kesabaran itu harus kujalani ikhlas. Kesabaran menemui titik terang, pelan-pelan mulai banyak orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya mengaji ke TPQ. Alhamdulilah dari sinilah aku mengajar tidak lagi sendirian, bertambah dua teman untuk membantuku mengajar anak-anak. 

 


 

Benefit disebut guru ngaji

1. Guru ngaji adalah gudang ilmu agama, padahal belum tentu. Contohnya diriku ini jauh dari namanya baik masih banyak kurangnya, masih terus belajar. Menjadi guru ngaji  babat alas masih berjalan merangkak.

2. Dihormati bagai dewa. Sampai sungkan sendiri kalau bertemu wali santiri di jalan, karena diriku tipikal bukan orang yang senang dijunjung tinggi. Paling sungkan itu kalu tiba-tiba pulang dibawain makanan keseringan berasa tanggung jawab diriku semakin banyak pada anaknya.

3. Walaupun gajinya tidak seberapa dibanding mengajar di sekolah formal atau pekerjaan keren lainnya. Entah kenapa saat bertemu wajah anak-anak mengaji di sore hari serasa masalah hidup hilang sementara. Mungkin ini yang dinamakan barokah memuliakan al quran.

4. Bagiku menjadi guru ngaji bukanlah kesibukan yang harus diprioritaskan melainkan pada kebermanfaatan waktu dan ilmu yang sudah didapat di tempat sebelumnya.

Jika kalian yang sudah dewasa belum bisa baca al quran tidak ada salahnya kembali belajar, tidak perlu malu. Sekarang sudah banyak majlis ta’lim khusus orang dewasa untuk mempelajari cara baca al quran, tinggal niatnya yang diluruskan agar jalannya dimudahkan kedepannya.

Buat kalian yang sudah menjadi orang tua, berangkatkan anak ke TPQ  untuk mengaji bersama kawan-kawannya selagi masih kecil. Tugas mengaji tidak berhenti pada guru di TPQ saja, perlu kerjasama antara orang tua dan guru ngaji agar perkembangan bacaan anak-anak mengalami peningkatan yang baik. proges bacaan anak-anak mengaji di TPQ bisa dilihat pada buku penghubung mereka, dari situ orang tua bisa memantau progresnya sampai dimana.

Nau’dzubillah bila ada orang tua yang tidak rela memberangkatkan anaknya saat kecil ke TPQ karena alasan anak hanya bermain atau buang-buang uang saja dll, tapi di rumah tidak diajari cara baca alquran, ketika sudah remaja bahkan dewasa kesulitan baca al quran, ingin belajar tapi malu karena sudah besar.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Quran.” (HR. Al-Baihaqi).

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

25 komentar

  1. Alhamdulillah Mbak bisa mengamalkan

    خيركم من تعلم القرآن وعلمه

    Semoga bisa menjadi ladang amal yang pahalanya nggak terputus

    BalasHapus
  2. keberkahan ini. benefitnya surga pokoknya, aamiin
    disini ngaji TPQ sekarang online kak, karena pandemi juga. jadi guru ngajinya sabar banget ngadepin puluhan santri yg mengirimkan voice note membaca al quran :)

    BalasHapus
  3. Semangat ya pastinya para orang tua itu merasa terbantu dan terima kasih sekali kepada guru mengaji di TPQ yang mengajarkan mengaji kepada anak-anak mereka

    BalasHapus
  4. Waktu aku kecil belajar ngaji di masjid sama imam masjid. Saat itu belum ada TPQ. mengaji pun malam setelah shalat magrib. Memasuki kelas 6 SD baru deh ada TPQ yang belajar ngajinya menggunakan Iqra. Menadi guru ngaji itu mulia karenanya sering dihargai oleh orang tua wali.

    BalasHapus
  5. Tetap semangat
    Saya dan suami juga mengajarkan ngaji di rumah. Sudah lama... Mulai ayah ibunya kami didik, sekarang anak-anak nya yg mengaji di tempat kami...

    BalasHapus
  6. Guru TPQ itu tabungan akhiratnya masya Allah. Terima kasih mba sudah begitu sabar menjalani profesi ini. Saya merasakan sekali manfaatnya karena dulu saya juga anak TPQ dan MDA.

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, meski saya tunarungu sejak umur 6 tahun, Allah bukakan pintu agar saya bisa belajar mengaji pada umur 14/15 tahun sampai khatam. Belajarnya di rumah tetangga, tapi yang mengajari saya adalah teman-teman sepermainan. Sebelumnya saya sudah baca buku panduan belajar Iqra.

    Belajar mengaji itu tidak mudah, bersyukurlah masih banyak yang mendedikasikan ilmunya untuk mengajari anak-anak.
    Palung belajar ngaji di rumah guru ngaji karena di sini tidak ada TPQ, saya juga tidak mungkin mengajarinya karena ada pengucapan yang harus tepat..
    Barokallah, Mbak.

    BalasHapus
  8. Saya selalu respek sama guru ngaji. Meski honornya secara materi tidak seberapa tp banyak orang mendoakannya. Semoga Allah SWT memberkahi hidup guru ngaji di mana pun berada termasuk Mbak Alfi ya. Jelas sekali kebermanfaatannya terasa bagi umat.

    BalasHapus
  9. Masya Allah...kisahnya menginspirasi Mbak..
    Semoga apa yang dijalani saat ini dimudahkan dan dilancarkan ya. Menjadi guru ngaji berkah dunia akhirat...kebermanfaatan waktu dan ilmu. Barakallah.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah saya jga punya orang tua yang cukup peduli dengan pendidikan anak di zamannya.
    Dulu belum ada tahfidz Qur'an ya kak. Jadi saya sebelum masuk TK sudah ngaji di mushalla sehabis Maghrib. Kalo sekarang namanya Maghrib mengaji.
    Usia TK selain bisa baca tulis, juga bisa baca Qur'an. Alhamdulillah. Jadi saat SD selain pergi les bahasa Inggris saya juga harus mengaji di TPQ setiap Senin hingga Jumat.

    Ada pelajaran Qur'an hadist, tarikh, shorof, nahu, dan juga kaligrafi.
    Setelah tamat TPQ saya masuk SMP lalu SMA. Karena lama gak bersentuhan lagi dengan Qur'an, selain pelajaran agama, begitu kuliah ada perasaan kagok saat baca Qur'an. Alhamdulillah dipelajari kembali qiroat agar bisa mendidik anak. Bersyukur karena ada jalan untuk kembali dekat dengan Qur'an.

    BalasHapus
  11. Selamat mbak, berkah dunia dan akhirat ilmunya ya, ngiri ih bisa jadi guru ngaji gitu

    BalasHapus
  12. MasyaaAllah kak orang tuanya hebat bisa mendidik anaknya jadi seperti dirimu skrg. Salut deh. InsyaaAllah ilmunya berkah jadi guru ngaji

    BalasHapus
  13. Jadi guru ngaji kayaknya masuk 2 2nya kak. Kesibukan yang bermanfaat. Alhamdulillah. Jadi ngga hanya untuk dirinya sendiri tapi juga bisa menebar manfaat unfuk sekitar yaa kak

    BalasHapus
  14. mengajar mengaji bisa jadi amal jariyah ya dek untukmu. Semoga terus konsisten walau nantinya sudha bekerja formil

    BalasHapus
  15. Duh mba... kalo rumahku dekat tempatmu..
    kan ku kirim anak-anakku belajar di situ.
    Anak-anakku yang tiga orang jagoan itu, dua sudah tak antar ke TPQ sejak umur 4 tahun.
    Ini anak bungsu yang bakalan diantar berikutnya...

    BalasHapus
  16. Menjadi furu ngaji nih tentu harus sabar juga ya mba. Saya aja yang pernah ikut kelas mengaji saat kecil masih suka bolos. Guru ngaji nih pahalanya gede ya kan mba,penuh manfaat untuk umat.

    BalasHapus
  17. Jadi guru ngaji yang mengajarkan anak bisa mengaji hingga mengamalkannya hingga ia dewasa itu tidak putus2 amal jariyahnya, alhamdulillah saya pun bisa mengaji karena ada guru mengaji yg selalu sabar mengajar kami sampai bisa khatam Qur'an :)

    BalasHapus
  18. Masya Allah. Dari yang muridnya hanya dua orang, kini malah punya rekan sesama pengajar. Semoga jadi jalan untuk menjadi bermanfaat terus ya Kak. Semangat.

    BalasHapus
  19. Jadi seorang guru mengaji insya Allah banyak keberkahannya. Salut deh sama anak muda yang mau terus berjuang dengan ikhlas untuk terus mencerdaskan anak-anak sekitar dengan ilmu agama yang dimiliki. Semangat terus ya Mba.

    BalasHapus
  20. pastinya dengan adanya TPQ pasti orangtua akan sangat terbantu kak, selalu semangat dan semoga kebaikan kakak menjadi ladang berkah untuk nanti

    BalasHapus
  21. Suka kagum saya kalau ada orang seperti ini, memang sih TPQ itu sangat bermanfaat sekali buat anak-anak. Mereka jadi rajin pergi ngaji.
    Semoga berkah ya Kakak, semangat terus.

    BalasHapus
  22. Dengan adanya TPQ anak2 dapat arahan dan bimbingan berahlak, berbudi pekerti dan berpengetahuan agama dengan baik ya mbak semoga dapat menjadi berkah buat semua

    BalasHapus
  23. Pengalaman pergi ke TPQ masa kecil ini membuat ingatan bagaimana ngaji dg benar terbawa sampai dewasa, maka dari itu joss sekali bagi para guru ngaji. Aku jg berpengalaman mjd guru ngaji dadakan dan ternyata memang dlm diri hrs selalu upgrade ilmu ini agar nggak salah

    BalasHapus
  24. Aku dulu mau banget jadi guru TPQ
    Tapi karena ada yang membuat saya trauma makanya saya selalu support saja teman yang mengambil profesi itu

    BalasHapus
  25. Semangat belajar agama Islam untuk bekal akhirat, menuntut ilmu agama Islam melestarikan semangat berdakwah

    BalasHapus

Posting Komentar