[recent]

Recent Post

3/recentposts

Achmad Irfandi Penggerak Kampung Lali Gadget, Berawal Dari Melihat Keresahan Anak-anak Senang Cari Wifi di Warung Kopi

6 komentar

 

Gawai menjadi benda wajib yang harus dibawa kemana saja oleh semua orang, tak terkecuali anak-anak. Mengkonsumsi gawai jadi hal wajib bagi anak-anak zaman sekarang. Mudah sekali bagi anak-anak mengetahui hal-hal viral melalui akun media sosial yang mereka punya. Kemudian meniru, melakukan hal serupa bersama teman-temannya. Mereka sebenarnya belum tahu, benar atau salah hal yang dia tonton itu.

Tanpa disadari anak-anak sudah menonton layar hp sedari kecil, tak heran sekarang anak masih TK, SD sudah pakai kacamata tebal ber-silinder. Sinar radiasi gawai terlalu dekat, menonton dengan tidur,  terlalu sering menatap layar jadi pemicu rusaknya mata, bahkan rela bergadang demi scroll medsos.

Jarang kita melihat anak-anak naik sepeda bersama teman-temannya. Bermain diluar mengeluarkan keringat sampai lupa tidur siang. Justru pemandangan anak masih balita saat mengantre di salah instansi dipegangi gawai oleh orangtuanya. Dengan dalih biar tidak berisik.

Eits kondisi sekarang dimana anak-anak bermain gawai berjam-jam, juga diimbangi para orang dewasa yang menatap layar gawai dimanapun tempatnya. Coba deh perhatikan lingkungan sekitar, jarang ditemukan pertemuan saling menatap mata, mengobrol, bercanda tanpa memegang gawai. Bahkan guru di sekolah pun saat jam istirahat digunakan untuk scrolling media sosial. Meski hal itu dilihat dan  mungkin dicontoh siswa-siswinya.

“Jika anda melihat layar lebih lama ketimbang bertatapan mata dengan sesama manusia, ada yang salah dengan anda.”. CEO Apple, Tom Cook.

Hal tersebut secara tidak langsung jadi contoh siswa-siswinya. Jadi apakah kecanduan gadget murni kesalahan zaman?.

Lalu apa bisa kecanduan gawai dikurangi? Gawai ini punya dua masa sisi, bila digunakan sesuai kebutuhan akan menghasilkan hal berfaedah, bila penggunaan tidak terkontrol bisa mendatangkan mudhorot. Artinya kedua sisi ini harus ada yang mengendalikan dan mampu mengendalikan, masalahnya adalah orang dewasa secara tidak sadar menggunakan gawai secara intens di lingkungan anak-anak.

Ada satu tempat di Sidoarjo bernama “Kampung Lali Gadget”. Diiniasi oleh Achmad Irfandi atas keresahannya pada dunia anak-anak ketergantungan gadget.

Sebagai orang asli sidoarjo telat sekali mengetahui informasi sangat bermanfaat ini. Baru mendengar nama Kampung Lali Gadget tahun 2021, menurut sumber yang kubaca Kampung Lali Gadget sudah ter-endus di tahun 2018.

Achmad Irfandi adalah seorang pemuda asal Wonoayu. Tujuan mendirikan Kampung Lali Gadget adalah untuk melestarikan ragam permainan tradisional. Langkahya dimulai melihat keresahan pada anak-anak lebih suka berburu wifi di warung kopi. Sudah jarang anak-anak bermain keluar, malah oragngtua sudah menyiapkan wifi di rumah dimana memudahkan anak-anak mereka berselancar di internet tanpa keluar rumah.

Dilansir dari suarasurabaya.net awalnya Achmad Irfandi bersama satu temannya mengundang  komunitas-komunitas yang bergelut di dunia literasi. Mengangkat konsep detoksifikasi pengaruh gadget. Selain punya dampak positif gadget juga punya dampak negatif.

Yayasan KLG terletak di desa Pagerumbuk, Wonoayu. Achmad Irfandi menyiapkan berbagai alat permainan tradisional yang lekat dengan anak-anak.

“Saya ingin memberi kesempatan anak-anak bermain dan punya pilihan permainan. Mereka kecanduan main game itu karena tidak punya pengetahuan soal permainan, tidak ada yang ngajak, kurangnya pilihan permainan” tutur Achmad Irfandi melalui suarasurabaya.net.

Membawa suatu perubahan rasanya tidak mudah bagi Achmad Irfandi. Awal perjuangan dirinya mendirikan yayasan KLG terbilang sulit, dia harus berkirim surat ke beberapa sekolah terdekat agar berkenan mengirimkan perwakilan muridnya untuk datang ke yayasan dengan bangunan semi terbuka yang dikelilingi sawah dan kebun serta identik dengan perkampungan cukup jauh dengan jalan raya utama.

Untuk mewadahi dan menfasilitasi bermain anak-anak, Achmad Irfandi harus memutar otak mencari biaya demi keberlangsungan Yayasan KLG. Tiap duan bulan sekali anak-anak diundang bermain di kebun, sawah dan lain-lain. Sampai akhirnya rutin ada agenda setiap minggu diikuti sekitar 30 anak terbuka untuk umum.

Anak-anak yang datang di KLG diajak bermain secara tematik dan berbeda-beda setiap akhir pekan. Tentu permainan berbahan alam. Selain itu anak-anak bisa mencoba permainan yang disediakan di pendopo misalnya egrang, klompen panjang, gasing, yoyo.

Cerita Testimoni

Ragam permainan tradisional yang dihadirkan di KLG sangatlah bervariasi, dengan harapan agar anak-anak tidak bosan, semakin terpacu bermain tradisional.

Banyak orangtua memberikan testimoni positif saat membawa anaknya ke KLG. Para orangtua mengaku ananya kini berubah karakternya. Ada yang semula jijik saat melihat sesuai, tetapi setelah dari KLG sikap jijik-an itu bisa berkurang. Ada juga testimoni anaknya mengalami peningkatan baca tulis.

Sudah berjalan 4 tahun perkembangan KLG diluar ekspektasi. Semakin banyak anak-anak berkunjung untuk bermain tradisional di akhir pekan, termasuk sekolah berbondong-bondong mengajak kerjasama untuk pembelajaran siswanya. Bahkan sempat artis Luna Maya berkunjung dan bermaian bersama anak-anak di Yayasan KLG tahun 2022.

Kerja keras Achmad Irfandi akhirnya membuahkan hasil, yayasan KLG beberapa kali meraih penghargaan. Seperti Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Nomor 1 di Jawa Timur tahun 2020 oleh Pemprov Jatim, SATU (Semangat Astra Terpandu) untuk Indonesia Awards 2021 Astra, serta lolos Pendanaan Program Proyek Sosial pertamina. 


Keberadaan KLG ini penting untuk anak-anak. Selain untuk membangkitkan gairah bersemangat agar lupa gadget juga sekaligus melestarikan permainan tradisional ditengah goncangan budaya dari luar. Kedepannnya Achmad Irfandi berencana membuat lembaga khusus untuk kampung tradisional.

Harapannya dengan KLG Ini bisa menolong pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menjadi generasi penerus yang tidak melupakan budaya, sadar sopan santun, dan berbudi pekerti.

Bukan Anti Gadget

Menurut Achmad Irfandi gadget merupakan salah satu aspek penting dalam kehiudpan di era serba digital seperti sekarang. Namun kegiatan KLG memberikan pilihan lain dalam bermain kepada anak.

Saat berada di KLG seluruh anak melepaskan diri dari gadget dan mulai bersosialisasi terhadap rekan sebayanya sambil bermain dengan permainan tradisional. 

Dampak kecanduan gadget dilansir dari solopos.com, kecandua gadget membuat anak lupa bersosialisasi degan lingkungan sekitar. Kondisi ini menghilangkan rasa percaya diri, menghilangkan ketertarikan pada aktivitas bermain atau melakukan kegiatan lain. Anak lebih senang menyendiri memilih bermain gadget dibanding bermain bersama temannya.

Saat anak kecanduan gadget, anak akan merasa gelisah jika dipisahkan dengan gadget mereka kondisi ini bisa berkibat pada kurangnya kedekatan orangtua dengan anak dan terlebih anak jai cenderung introvert.

Sebagai warga sidoajo aku sangat bangga ada tempat yang menfasilitasi anak-anak bergerak aktif. Kayaknya aku juga harus datang ke lokasi juga untuk terapi Lali Gadget, soalnya aku sendiri kalo ada waktu senggang sedikit langsung cus main gawai wkwk.

 

 

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

 

 

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

6 komentar

  1. Wah gerakan yang harus dicontoh ini, melestarikan permainan tradisional dan sekaligus melepaskan anak-anak dari kecanduan gadget. Semoga saja nantinya gerakan seperti ini bisa hadir diberbagai daerah supaya semakin banyak anak-anak yang mengenal permainan tradisional daerahnya dan lepas dari kecanduan gadget.

    BalasHapus
  2. Menginspirasi tulisannya ... hebat mbak

    BalasHapus
  3. Kemajuan teknologi memang ada negatif dan positifnya. Kebanyakan gadget juga ga baik untuk anak. Bagusnya memang anak-anak bisa bermain di luar rumah dan berkeringat.

    BalasHapus
  4. Masyaa Allah idenya keren ya. Memang anak anak perlu bermain di dunia nyata. Kalau terlalu lama pegang gadget jadi bahaya untuk anak-anak.

    BalasHapus
  5. Keren mbak!! Kampung lali gadget ini bagus buat mengedukasi anak-anak, juga playground yang ramah bagi anak² utamanya yang sekarang terkena exposure gadget terlalu lama. Coba deket, pasti pengen mampir ke sini deh 😁😁😁

    BalasHapus
  6. Butuh banget sosok inisiator seperti mas Achmad ini yang bisa mengedukasi anak-anak dengan cara yang tentunya menyenangkan. Inspiratif banget kisahnya kampung lali gadget ini (iidyanie.com)

    BalasHapus

Posting Komentar