[recent]

Recent Post

3/recentposts

Madura Mart: Persaingan toko kelontong menjamur di tanah Jawa, Apakah kejadian 11 tahun silam bakal terulang?

12 komentar



Ada yang sadar nggak sih di daerah dekat rumah kalian mulai bertebaran toko-toko kecil jualan kebutuhan sehari-hari yah semacam toko kelontong gitu.

Pemiliknya ini jelas punya sokongan dana kuat, karena cepat sekali membuat tempatnya. Yah bisa dibilang indomaretnya jawa. Target lokasi mereka itu mendirikan toko di tempat yang belum ada jualan kelontong. Pastinya lokasi strategis, buka depan jalan raya bukan di jalan gang. Toko menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari hari.

Toko mereka ini memiliki ciri-ciri yang mudah di kenali
1. Ada pom mini
2. Kulkas menghadap keluar
3. Cara menata roko disusun ke atas alias ditumpuk di kaca
4. Beras, telur dipajang di kaca
5. Pasti ada lemari pendingin es krim
6. Buka 24 jam

Kalian tau siapa dalang dibalik membludaknya toko kelontong ini.....yaps orang Madura. Mereka seolah-olah tidak puas menguasai pasar di seluruh negri, sekarang mereka ingin menguasai segi kelontong.

Bikin heran? Berapa ya kira-kira dana mereka untuk bisa sewa ber petak-petak bangunan? Kalau dipikir agak tidak masuk akal juga...aku dengar sewa per petak tempat itu bisa 25 sampai 40 juta, dikalikan satu desa ada tiga sampai 5 toko yang sama seperti itu.

Orang Madura memang terkenal orangnya tekun, gigih, pantang mundur, buktinya pasar tradisional di kotaku namanya Pasar Larangan berhasil dikuasai orang-orang madura. Gimana nggak saking lebarnya kekuatan orang Madura ini.

Dan sekarang mereka pelan-pelan  mau menguasai dunia sembako di luar pasar di tanah Jawa yang sebenarnya bukan tanah mereka.

Kalau hal ini dibiarkan tentu yang rugi adalah kita orang orang Jawa. Mereka berani jualan murah loh? Bukanya 24 jam, mengalahkan toko-toko orang biasa pada umumnya bahkan minimarket pun yang tutupnya jam 9 malam. Bisa bisa toko kelontong  milik orang jawa banyak yang gulung tikar gara gara madura mart ini. Astagfirullah jangan sampai, kasihan jualannya Ibuku.

Tapi mau gimana lagi inilah persaingan ekonomi, siapa yang nggak kuat bisa mundur bahkan kalah.

Tapi orang-orang Madura kalau dibiarkan juga makin seenaknya, makin merajalela menguasai tanah Jawa, bisa bisa orang Jawa tersingkirkan.

Ada yang pernah mendengar kerusuhan Sampit di tanah Kalimantan Tengah. Perang antara suka banjar, suku dayak dan warga madura tahun 2001 silam. Aku sempat mendengar kerusuhan ini saat masih SMP dulu.

Konflik dilatarbelakangi saat itu pemerintah membuka jalur transmigran sebanyak banyaknya, dan banyaknya orang Madura yang berdatangan membawa dampak tidak bagus bagi warga penduduk lokal setempat.

Kala itu transmigrasi asal Madura telah membentuk 21 persen populasi kalimantan tengah di tahun 2000. Akibatnya warga kalimantan Tengah merasa  tidak puasa karena merasa tersaingi oleh migran madura.

Permasalahan ekonomi adalah tonggak mula kerusuhan di tanah Kalimantan. Adanya hukum baru telah memberikan beberapa hak istimewa pada migran Madura untuk menginvansi perekonomian disana seperti perkayuan, penambangan, perkebunan. Hal tersebut menimbulkan permasalahan ekonomi yang menjalar terjadi kerusuhan antar keduanya.

Kericuhan bermula dibakarnya salah satu rumah suku Dayak. Menurut rumor warga Madura lah pelakunya, sesaat kemudian suku Dayak mebalas sikap warga Madura dengan membakar rumah-rumah orang Madura.

Konflik dimulai
Situasi kericuhan antara suku Dayak dengan Madura diperparah dengan kebiasaan dan nilai-nilai berbeda yang dimiliki keduanya.

Seperti adat orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun, membuat orang Dayak berpikiran bahwa tamunya ini siap untuk berkelahi.

Konflik Sampit sendiri diawali dengan perselisihan antara dua etnis ini sejak akhir 2000.  Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi, membuat hubungan keduanya menjadi bersitegang.

Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit.

Seorang etnis Dayak bernama Sandong, tewas akibat luka bacok yang ia dapat. Kejadian ini membuka keluarga dan tetangga sandong marah besar.

Dampak
Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang pelaku.

Tak berhasil menemukan pelakunya, kelompok warga Dayak melampiaskan kemarahannya dengan merusak sembilan rumah, dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik warga Madura.

Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura mengungsi.

Penyelesaian
Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang di balik serangan ini.

Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan.

Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari 2001, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan

Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap provokator.

Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura. Guna memperingati perjanjian damai tersebut, maka dibentuk sebuah tugu perdamaian di Sampit.

Kembali lagi ke topik awal munculnya madura mart dimana-mana, akankan kerusuhan sampir terjadi di tanah Jawa? Semoga itu tidak sampai terjadi.

Apa yang mendasari madura mart ini menjamur dimana mana? Persaingan ekonomi sekarang bukan maen,  medan seberat apapun bakal dilakoni.

Bisa kalian lihat rumah-rumah lokasinya didekat jalan raya strategis yang punya lahan kosong didepannya. Tapi pemilik sudah tak sanggup mengurus, ambil jalan enak disewakan, tiap bulan tinggal nerima gaji.

Nah mereka ini mau dan mampu membayar sewa yang mahal hingga 30 juta dalam setahun. Kalau dipikir siapa yang nggak mau, duduk tinggal dapat uang 30 juta, semua orang pasti mau.

Persaingan ekonomi bertambahnya tahun tak bisa kita elak sekarang. Siapa yang nggak bisa mengimbangi siap-siap tumbang di tengah jalan.

Source

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

12 komentar

  1. Artikel luar biasa membahas sejarah dan kearifan lokal masyarakat Madura. Ternyata mereka mayoritas berprofesi sebagai pedagang, termasuk toko kelontong

    BalasHapus
  2. Terima kasih sharing dan infonya, Mbak. Saya suka tulisan yang bernuansa sejarah seperti ini. Saya juga orang Jawa ... Barat. 🤭 Namun, sebelum membaca tulisan ini saya tidak tahu ternyata ada persaingan antara orang Jawa dan Madura.

    BalasHapus
  3. Waah baruu tau kalau kelontong2 yg mulai menjamur itu punya suku madura.

    Sebetulnya sah sah saja sih seperti mini market berlabel merah, juga bersaing toko mereka menjamur berdampingan atau malah berhadap hadapan yg bikin toko kelontong kecil sepiii pembeli.

    Apapun itu semoga umkm di negeri ini bangkit, warung2 kecil laku tidak tersjngkir oleh supermarket / minimarket 🤲🤲

    BalasHapus
  4. Orang Madura juga terkenal dengan para pedagangnya yang ulet. Di daerahku juga banyak orang madura yg berdagang.

    BalasHapus
  5. Kadang dulu mikirnya juga gitu sih. Wes, enggak laku kalau banyak yang jualan. Jadinya ya enggak berpikir buat jualan. Palingan siapa yang kuat ia yang bertahan. Namun semakin ke sini saya berpikir ulang tetang rezeki yang Allah datangkan. Semoga para UMKM pada kuat.

    BalasHapus
  6. Sebenarnya, nasihat klisenya adalah pribumi yang harus siap bersaing dengan datangnya orang baru yang kuat dan pekerja keras. Hanya saja, pihak berwenang juga perlu melihat sinyal persaingan yang mengarah ke konflik sosial. Misalnya dengan menetapkan minimal harga sembako pasaran supaya tidak ada banting-bantingan harga, memberikan pelatihan bisnis bagi masyarakat pribumi supaya mampu bersaing dengan orang baru.

    BalasHapus
  7. Maaf ya, Kak. kok saya bacanya agak rasis ya artikel ini.
    Sejatinya sih persaingan (usaha) dimanapun ada..entah melibatkan siapa dengan siapa. Sebaiknya ini jadi pemicu dan pemacu untuk memperbaiki usaha kita sendiri. Apa yang bisa kita tonjolkan yang akhirnya bikin orang datang.
    Kalau mau bilang di Jakarta lebih parah...toko kelontong lokal - yang polanya masih tradisional - bersaing dengan minimarket franchise ternama . Dikepung kiri kanan. Dan itu mau enggak mau dan dimanapun tempatnya pasti satu saat akan dialami.
    Semangat selalu, Kak. Semoga semua bisa diambil hikmah dan pembelajaran sehingga usaha Ibunya bisa bertahan dan makin maju ya

    BalasHapus
  8. Hmm, sempat lihat beberapa toko kelontong yang seperti ini di wilayah rumahku, tapi nggak tahu juga itu punya orang Madura atau tidak. Di sini indomart dan sohibnya masih belum terkalahkan sih.. toko-toko kelontong lokal satu per satu mulai tergusur dan gulung tikar.

    BalasHapus
  9. Kalo di Jawa aku kurang ngeh. Karena domisili Medan. Tapi di Medan kami biasa nyebut grosiran dengan kede Aceh. Karena mereka buka grosir di mana-mana. Biasanya aku menemukan mereka memang pendatang dan mereka kalo berhasil buka grosiran lagi mengajak saudaranya di kampung.

    Tapi aku dan umumnya warga Medan gak pernah merasa warga Aceh mau menguasai Medan. Bahkan merasa semangat pendatang seperti mereka harus ada agar daya juang mereka tidak sia-sia.


    Dan ibuku pemilik warung. Sudah ada sejak puluhan tahun. Setelah ibuku diajak adik keluar kota dan aku harus mengurus sendiri warung ini, malah warung yang berdekatan denganku yang menganggapku saingan. Hahaha
    Aku cuma percaya rezeki adalah sesuatu yang sudah Allah tuliskan untuk ku di lauh Mahfudz. Jadi gak akan pernah tertukar

    BalasHapus
  10. Di tempat saya juga makin menjamur kedai semacam "mart" ini. Tapi ngga tahu apa orang Madura atau bukan. Siapapun itu, semoga yang memiliki niat baik dalam mencari rezeki, akan mendapatkan tujuannya.

    BalasHapus
  11. Harusnya dicontoh semangat juang dan kerja kerasnya ...bukan iri dan merasa tersaingi..contoh sederhana..bakul pasar tradisional simbok2 itu jualannya jejeran dan sama persis yang dijual.

    Biasanya kalau di pasar tradisonal kan satu lorong sama tuh jualannya yang jual sayur dari ujung ke ujung sama dan banyak yang jual dan itu sudah berlangsung puluhan tahun.

    Apakah sesama simbok2 bakulan itu merasa tersaingi?? Marah karena ada saingan?? itu dempet2 an lho jualannya..tapi gak sampai terjadi kerusuhan tuh..kenapa coba??

    BalasHapus
  12. huhu ngeri juga ya ternyata :( memang ya namanya usaha itu harus banget terus berkembang dan punya inovasi, kalapu tidak ya akan hilang ditelan jaman. Tapi yang namanya rejeki, meski banyak usaha sejenis pun, tetap akan ramai kalau servicenya memuaskan :)

    BalasHapus

Posting Komentar