[recent]

Recent Post

3/recentposts

Fake Friend episode 2

Posting Komentar

 

Kepergian Bude secara tiba-tiba tidak begitu membuatk syok, mungkin karena sudah terbaisan setelah ditinggal ibu. Bude menyerahkan rumah peninggalanku padaku bukan pada anak semata wayangnya, aku terima saja. Masa bodoh hidupku sekarang, Ayah bermain perempuan, hidup tidak ada bimbingan, beruntung satu teman masih bersamaku. Biar orang lain berkata apa diriku “brandalan” aku terima semua ocehan mereka, asal tidak Ayahku.

Selain rumah peninggalan Bude yang diberikan, sawah, kebun, agen juga diberikan padaku. Untuk anak seusia SMA saat itu, pikiranku terlalu luas dan multitasking mengurusi hal itu. pulang sekolah pukul 3 sore, hidupku tidak sesepi seperti ditinggal ibu dan bude, agen sembako adalah kesibukanku setiap hari, melayani pembeli, menangani barang datang dan keluar, aku tidak sendirian beruntung ada pegawai, istilahnya buruh mau membantu.

Hidupku kembali bervariasi setelah menjauh dari ayah, aku tidak terlalu pusing ketinggalan pelajaran asal mampu membayar les demi kunci jawaban apa susahnya. Hidup ini berorientasi pada uang, tidak perlu bingung menentukan nasib, keinginan pun di lukis asal ada uang.

“Pip pip” nada dering pesan whatsapp masuk.

Tinggalkan rumah itu sesegera mungkin sebelum aku sampai disana, kau tidak pantas menggunakan apalagi memiliki hak yang tidak seharusnya kau dapatkan.

Bunyi pesan itu ancaman untuk anak SMA kelas 11, lawanku ternyata tempramen juga ya. Cukup tertantang meladeni, aku tidak tergiur hata peninggalan Bude, berhubung sehari sebelum bude tewas aku menemukan potongan kertas berisi tulisan

Ansana, Bude titip rumah beserta sawah, kebun dan agen kepadamu nak, semua harta bude tidak akan bude berikan pada anak Bude. Jika suatu saat ini, anak Bude datang, ia meminta hak, jangan berikan sedikitpun.

Satu lagi benda aneh kutemukan di pojok ruang tamu bude sebelum meninggal, piring kecil berisi nasi putih lengkap dengan lauk ditambah kembang tujuh rupa. Langsung aku buang saja, waktunya tidak tepat memikirkan siapa yang meletakkan disitu.

“Ah masa bodoh si Riki, dia tidak peduli pada ibunya sendiri”.

Sekalian mengisi kejenuhan, pergi ke warung beli jajan enak kayaknya. Setelah menetap di rumah Bude sekalipun belum pernah keliling kampung, maklum masih malu-malu, tapi sekarang kemaluan itu aku buang. Mau makan malu tiap hari?.

“Mbak Yu ada yang meninggal lagi di RT 03, yang masing saudara dengan Bu Fania, katanya meninggalnya di dalam kamar mandi nggak ada yang tahu”

“Lah kok beruntun mbak yu meninggalnya”.

Apa? masih saudara dengan mbak Fania? Kok aneh kejadian pembunuhan ini? jangan-jangan memang direncanakan si Riki biang kerok itu.

Aku tidak ikut menimbrung lagian tidak cocok pula untuk seusiaku ikut-ikutan obrolan tetangga. Lebih baik pulang bikin sarapan, lanjut pantau kebun.

***

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar