[recent]

Recent Post

3/recentposts

Aku dan Segala Perbedaanku

Posting Komentar

Masa pandemi masih terus berlangsung, entah akan berakhir di bulan apa. Pandemi berlangsung, kehidupan terus merangkak ke depan. Tak boleh kembali ke belakang. Begitu hal nya dengan segala hal kesibukan yang harus dijalani manusia bumi demi keberlangsungan generasinya. Rutinitas dari bangun, kerja, makan, tidur menjadi siklus wajib dijalani selama nyawa masih bersemayam dalam tubuh manusia.

Manusia dengan segala rutininas dan kesibukannya menunjukkan bahwa hidup di dunia tidak boleh hanya berdiam diri saja, kaki, tangan, otak harus singkron bekerja agar perputaran harta, ilmu tidak stag di dalam satu fase saja. Manusia dengan segala ambisinya, bisa jadi membuat diri lebih bergairah menjalani hidup. Karena tujuan hidup sudah ter-manage dalam fikiran dan sudah ada watermark tentang hal perncapaian yang harus ia tuju. 

Kembali lagi pada fase pandemi yang entah kapan akan berakhir. Salah satu teman dari grup whatsapp ku bertanya

“Karya apa yang sudah dihasilkan selama pandemi covid-19?”. Bukannya buru-buru menjawab, justru malah buru-buru mencari alasan kesibukan seolah-olah diriku lah yang paling sibuk di dunia ini.

Berbicara tentang literasi, dari segi kacamataku tidak melulu tentang membaca buku, menonton tv kemudian muncul ide lalu dituangkan dalam tulisan.  Tapi aku dengan segala perbedaanku mengartikan bahwa literasi adalah persoalan peka dan mampu menghadirkan bantuan untuk kelangsungan dan pertanggungjawaban ide. Inilah kacamataku tentang literasi adaptasi kebiasaan baru.

Adpatasi kebiasaan baru dibidang literasi versiku adalah

Berani berkorban. Entah sudah berapa rembulan, diri ini munafik dengan diri sendiri yang sudah berjanji menulis kalau pekerjaan rumah selesai pukul 10 malam. Eh nyatanya, malah asyik main handphone, terus bosan, dan berujung tidur. Bangun-bangun sudah shubuh aja. Berkali-kali siklus seperti itu terulang, sudah janji untuk menjabarkan ide untuk malam ini. Nyatanya ide hanya tinggalah ide di sobekan kertas saja, tanpa ada kejelasan hehe.

Berani berkorban dalam versiku adalah berani menyalakan rencana dan harus memiliki kesangggupan mewujudkan walaupun harus tertatih-tatih. Mulai memulai kebiasaan baru untuk mengorbankan kesengan sesaat sebenarnya hanya mendatangkan kebosanan misalnya main game, stalking ig nggak jelas. Ya, contoh diatas memang sering banget kulakukan yang akhirnya membuatku abai atas pilihan yang harusnya segera dikerjakan.

Berani bertahan. Memilih kehidupan dengan cara meluangkan ide dengan tulisan adalah pilihan dalam hidup. Walau hanya menulis kalimat-kalimat motivasi versi diri sendiri di akun instagram kedua. Walaupun saat di share ulang di ig story akun sendiri bukan jawaban manis yang kita dapat. Pilihannya hanya ada dua, mau melanjutkan atau tinggalkan aja toh sudah ada benci sama karya kita.

Walau jalannya emang nggak mudah, tidak secepat seperti mereka yang dengan mudah mendapat respon positif karena merek sudah punya pengaruh sebelumnya. Berbeda dengan aku yang harus memulai dari nol hal baru tersebut. Aku sempat ada di fase bosen, kayak sia-sia gitu karya yang sudah ku buat. Tapi lambat laun aku disadarkan oleh suatu hal yang tidak kusadari, bahwa menjadi berbeda itu tidak secepat aliran deras hujan yang terkena angin, semua berawal dari rintik hujan yang perlahan-lahan membasahi tanah barulah itu akan dianggap ada yakni hujan.

Berani menerima saran. Ini yang bagiku tidak cukup gentle menerimanya, ketika di kritik bagus justru melayang-melayang di udara tapi saat di kritik pedas malah hati menjadi dongkol dengan orang itu. padahal ketika karya itu dibaca orang lain, pasti ada sensasi tersendiri oleh pembacanya. Bisa jadi mereka lebih tahu akan hal yang kita jadikan tulisan, dan bisa menambahkan hal-hal yang rumpang dalam tulisan tersebut.

sayangnya nyaliku terlalu kecil untuk itu, belum siap menghadapai bom molotov yang siap meledak, kalau ternyata ada tulisan yang mendadak sensitif di pandangan pembaca. Tapi kalau diri ini mau melebarkan sayap, mau berkembang lebih baik sudah sebaiknya memiliki sikap open minded agar tidak dianggap kertebelakangan berpikir bahkan sampai disebut pengku.

Berani konsisten. Konsisten adalah kunci manusia sabar dalam berpsoses, eak kayak yang nulis udah bener aja melakukannya haha. Bukan main, kosakata konsisten ini bak magic di siang bolong. Di setiap seminar online yang pernah ku ikuti, hampir semua yang pernah menjadi pembicara mengatakan bahwa segala sesuatu jika ingin tercapai maka kuncinya adalah konsisten. Tuh kan, muter aja di kosakata konsisten.

Bertahan dan konsisten memang beda tipis sih kataku. Kalau bertahan bisa dilihat dari segi apa yang sudah menjadi pilihan harus tetap diperjuangan sampai titik darah kemampuan, sedangkan konsisten lebih pada menitikberatkan moddy seseorang, artinya perasaan, ego fikiran lebih mendominias untuk tetap mengasilkan karya dan karya lagi.

“Nggak mudah dong?”. Oh ya dong, yang ngomong ini aja belum tentu sesuai menjalankannya. Tapi i”m believe selama masih ada kekuatan semangat, tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan.

Cara adaptasi kebiasaan baru di bidang literasi tiap orang tentu berbeda, ada yang memilih jalan menjadi block writer, aktif mengikuti diskusi kepenulisan, mencoba mengukuti open recruitment komunitas kepenulisan. Salah satunya ini yang sedang aku usahakan untuk bisa menjadi keluarga One Day One Post.

4B diatas adalah yang sudah coba kutemukan untuk memulai kebiasaan baru dalam hal literasi, semoga para pembaca bisa terinspirasi.

Thanks you😊

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar