[recent]

Recent Post

3/recentposts

Berusaha Mengenal, Kenapa Tidak?

Posting Komentar


Awal mengenal FLP dimulai di tahun 2017. Bermula dari coba-coba, penasaran, ingin tahu sekaligus menambah kegiatanku selain kuliah dan ngajar. Kesan pertama masuk dalam lingkaran organisasi FLP Sidoarjo adalah merasa paling bodoh karena yang kuyakini pasti disisi sudah mahir sekali dalam tulis-menulis, karyanya sudah dikenal siapa lah sedangkan saya masuk FLP aja karena coba-coba apa bisa ku seperti mereka?. Tanda besar di kepala.


Menjadi anggota sah FLP tidak mudah, harus naik gunung pindah samudera tiap bulannya maksudnya setiap satu bulan sekali wajib mengikuti kelas menulis yang lokasi sudah ditentukan dari teman-teman FLP. Dengan dihadirkan pemateri luar bisa mahir sesuai bidangnya. Bisa dibilang ilmu yang teramat luar biasa jika dibandingkan harus mengikuti workshop di tempat yang bernilai jutaan.

5 alasan susah berpaling dari FLP

Dari FLP aku mengenal ruh menulis. “Aku adalah manusia benci tentang menulis” begitulah bunyinya waktu diriku masih menyandang status siswa Sekolah Dasar. Hal paling ku benci jika harus mengarang cerita, menulis skenario drama, menulis puisi alay terus ditampilkan didepan kelas. Uhhh hal paling menjijikan gaess.

Dalam fikirku menulis hanya persoalan orang pintar saja, pandanganku waktu itu hanya orang pintar dan sukses lah yang berhak menulis dan menghasilkan karya berupa buku. Menulis hanya perkara karena dia punya ide segudang dan dengan gampang menuangkan dalam bentuk gagasan yang akhirnya membentuk karya luar biasa. Melihat sosok seperti Buya Hamka, Asma Nadia, Raditya Dika mereka adalah sosok kelebihan ide dari Tuhan yang diperuntukkan hanya untuk mereka saja, yang lain tidak ada.

Usiaku 19 tahun mengenal FLP dan sah menjadi anggota FLP angkatan 2017. Setelah dinyatakan lulus mengikuti KM selama delapan bulan. Wah begitu perjuangan sekali, alhamdulillah saya bisa mengatur waktu demi bisa mengikuti KM selama itu. Keinginan berpikir bolos tentu ada, mau bagaimana lagi manusia punya kepentingan masing-masing. dari beberapa KM yang sudah terlewat membahas dari mulai tips trik menulis puisi, cerpen, novelet, novel, artikel, essay, sampai menjudi penulis Blogger. Sadar sih semua butuh proses agar bisa menguasai semuanya. Hal pertama yang kulakukan adalah coba-coba ikut lomba mini puisi yang diselenggarakan penerbit Indie yang banyak bertebaran di Facebook. Seperti yang kuceritakan diatas tadi “Aku benci puisi karena alay” tapi karena penasaran gimana sih rasanya menulis puisi itu. Tercobalah mengikuti lomba hampir ke-7 kalinya gagal mencoba lagi ke-8 kalinya alhamdulillah lolos masuk sebagai kontributor buku. Dan bukunya diterbitkan, hasil dari percobaan ke-8 itu kubeli bukunya sebagai kenangan proses menulis pertama kali.

Baru melewati satu proses itu merasa menulis bukan kepentingan ambisi apalagi iri pada orang lain apalagi menyalahkan passion.



Kata-kata diatas pertama kali kudengar saat mengikuti seminar dengan pemateri Bunda Sinta Yudisia yang diselenggarakan oleh teman-teman dari BEM FTM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun 2018 lalu. Mencoba membandingan kata-kata itu dengan kondisi bunda Sinta yang bukan telahir langsung jadi seorang penulis. Kalimat pamungkas itu masih berputar-putar “kok bisa bunda sinta nulis novel sebanyak itu?”. Rasa-rasanya itu suatu hal yang tidak mungkin gitu lohh, kita sama-sama menduduki bangku sekolah sampai bangku kuliah, lah kenapa beliau bisa saya tidak bisa?.

Dari kalimat sederhana itu mampu mempengaruhi alam bawah sadarku hingga mengatakan cobalah menulis apa yang ada difikiranmu saat ini. Secara tidak sengaja hal kecil yang ada disekitar kita bisa jadi bahan  menulis, misalnya saat dalam ruang perkualiahan ada teman unik suka ngevlog nggak jelas nah itu bisa jadi tulisan kita.

Ternyata gaess menulis itu bukan soal atau kepintaran kita melainkan mau apa nggak memulai dan tekun dalam prosesnya. Masalah nanti tulisannya jelek itu perkara belakangan, kita bisa meminta komentar dari senior kita untuk mengoreksi. Di FLP Sidoarjo ada banyak sekali senior yang bisa kita mintai komentar tulisan kita seperti, Bu Ika yang  ahli dalam menulis novel remaja, Bu Vanda ahli tulisan anak, Mbak Niswah ahli tulisan cerpen, Mas Rizal yang puisi menurutku susah dimaknai entah karena otak ku terlalu pintar atau ya bagaimana lah hehehe.

Dari FLP aku merasa manusia bodoh Semakin banyak mengerti akan hal baru menandakan seseorang itu bodoh, bukan menandakan semakin merasa dirinya pintar. Sedikit perjalanan pertemuanku dengan hal tulis menulis membuatku bertambah bodoh akan hal di dunia ini.

Merasa bodoh kenapa tidak dari dulu tidak berusaha mencari tahu sastra lebih dalam dan justru membecinya tiada ternilai. hal penting yang kutemukan setelah bergabung dengan FLP adalah selain manusia nya produktif menulis, juga aktif mengkuti kajian, itu juga salah satu membuatku merasa tersindir secara tidak sadar. Ahh betapa beruntungnya bertemu dengan mereka  manusia-manusia yang selalu berusaha menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat kelak.

Dari FLP aku menjadi tahu banyak hal

Bagi bagi takjil buka puasa tahun 2018

Bertemu dengan mereka anggota FLP Sidoarjo mulai tahun 2017 suatu kebanggaan tersendiri, bagaimana tidak disamping para personilnya mahir menulis, melahirkan karya, bahkan berprestasi manusianya juga ramah-ramah.

Dari FLP aku bertransformasi Seperti yang sudah ku bilang diawal tadi, menulis bukan passionku dan bukan aku banget. Eh sekarang menggebu harus punya buku solo kedua. Dan alhamdulillahnya sudah lahir buku solo yang pertama tentag puisi. Dari hal yang kubenci justu berubah jantuh cinta secara tidak sengaja hingga memanjang pada waktu sulit dipisahkan hahaha.



Dari mulai mengikuti kompetisi menulis baik itu cerpen, esai, atau blogging yang mencari gratisan membuat ku termotivasi menangkap ide-ide yang beterbangan di kanan kiri. Perubahan memang tidak langsung drastis, bermula dari rasa ingin tahu kemudian gagal ingin coba lagi, hingga pada titik menyerah dan bosan. Cara mengatasinya dengan berkaca pada teman-teman yang sudah memiliki karya masing-masing, hal itu menjadi tonjokan keras bagiku untuk tidak malas-malasan. Menjadikan diri disiplin menulis walau tidak setiap hari.

Dari FLP aku bertemu manusia unik Suatu anugerah keheranan yang didapat setelah dinyatakan menjadi anggota sah FLP Sidoarjo. Kriteria manusia langka yang tidak akan ditemukan dalam lingkaran lain. dari mulai

Mas Rizal: laki-laki jomblo belum menikah, ya jelas ya. kalo ngomong suka muter-muter nggak nyampek duduk permasalahannya, tapi kelebihannya dia menyukai dunia sejarah hingga senang mengoleksi koin-koin mata uang. Dan satu lagi karya-karya puisinya tidak jauh-jauh dari tema sejarah. Sangat inspiratif dan informatif, sisi unik yang sering mengundang ketidakjelasan hingga berakhir pada pembulian sesaat hahaha.

Bu Srinda: Guru Bahasa Inggris di salah satu SMP Negri di Sidoarjo, memiliki karakter ambisius dalam hal kepenulisan. Pernah mendapat juara dalam ajang lomba menulis local content sidoarjo yang didakan Dinas Perpustakaan Sidoarjo. Karakternya tidak suka bertele-tele, jika iya langsung jalankan kalo ragu mending gak usah. Komentar pedesnya selalu langsung menusuk dan serius sekali. Ambisinya menulis itu dia lampiaskan dengan menuliskan kisah hidup perjalanan ke lima anaknya. Setiap anak beliau bikinkan sebuah buku wahh hebat bukan. Bisa dibilang umurnya sudah tidak muda lagi 50 tahun. tapi semangatnya seperti anak baru sweet seventeen wehweh. Parahnya lagi menurut investigasi saya setiap hari harus memiliki target mengahasilkan tulisan walaupun selembar, lebih heran lagi waktu mengikuti WICHA bisa menulis 54000 karakter dalam sehari. Jika dilihat-lihat beliau kesehariannya mengajar dari pagi sampai siang. Lalu pertanyaanya kok bisa? Ya bisalah hidup realistis jalankan, bukan khayalan terus merem.

Pak Rolis: ini nih nggak kalah unik dan hebat juga berprofesi sebagai guru SD Negeri di daerah Taman Sidoarjo, sudah menjuarai beberapa lomba diantaranya menjadi juara 1 Lomba local content yang diadakan dinas perpustakaan Sidoarjo. Kemaren juga mendapat juara 1 lomba vlog yang diadakan FLP. Sosok yang berprofesi sebagai guru SD di daerah ahlinya berkompetisi alias rajin mengikuti kompetisi. Sosok berciri khas agak sedikit botak pernah mengemban sebagai ketua pelaksana acara seminar kepenulisan tahun 2018, tapi supernya lebih dari 85% beliau yang melakukan karena baginya jika pekerjaannya tidak segera ditindaklanjuti maka akan dia tindaklanjuti sendiri.

Meet up seru bareng seluruh kawan FLP Sidoarjo

Beberapa alasan terkadang harus ditampilkan demi pelampiasan tujuan yang diinginkan  dengan begitu orang lain bisa terpengaruh dengan sengajar. Karena menjadikan diri berguna tidak harus berkorban terlalu banyak cukup mengikuti jalur dan berkreaif sedikit sudah bisa dilalui.

“Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22Th”
#BloggerFLP #KuotakanMaumu #BloggerFLPxSF

lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar