[recent]

Recent Post

3/recentposts

Pantai Mugaru? Iya kah?

1 komentar



Menjadi mahasiswa memasuki semester 7 sudah kewajiban melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) begitu juga di tempat kami kuliah di Fakultas Tarbiyah dan Muamalah. Mata kuliah 3 sks ini begitu menegangkan jika dipandang saja, karena pada tahap ini mahasiswa tidak belajar teori lagi Dosen melainkan langsung turun tangan menghadapi dan menerapkan ilmu yang sudah didapat selama 3 tahun setengah di bangku kuliah. PPL dilakukan secara kelompok namun tidak memungkiri jika ada yang ingin melakukan mandiri, fakultas juga memperbolehkan.  

PPL dilakukan selama satu bulan lebih hari sedikit dari tanggal 22 Januari sampai 2 Maret 2019. Pemilihan tempat PPL dipilih masing-masing mahasiswa dengan memilih dua lokasi sekolah yang bisa dilihat jauh atau dekatnya dari lokasi tempat tinggal mereka. Saya sendiri tentu pilihan pertama jelas yang dekat dengan tempat tinggal. Namun Allah ternyata punya rencana lain, lokasi PPL yang saya harapkan tidak dikabulkan Allah. Saya justru mendapatkan tempat magang di SMP Muhammadiyah 3 Waru. Lokasi yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, mau bagaimana lagi takdir sudah berkata seperti itu. Saya harus menjalani selama satu bulan dengan berangkat pagi pulang sore, jika berangkat sebelum 6 pagi tentu gerbang masih terbuka lebar tapi kalau berangkat lebih dari jam 6 sedikit saja jangan harap sampai sekolah gerbang masih terbuka. Siap-siap ngemper di depan minimarket dekat sekolah menunggu sampai apel selesai tepat pukul 07:10 gerbang baru dibuka. 


Sekolah tempat kami magang benar-benar menerapkan disiplin luar biasa dari mulai apel pagi bersama Bapak Ibu Guru di lapangan sekolah pukul 06:45 tett gerbang sudah ditutup, siapapun itu baik siswa, guru bahkan kepala sekolah pun jika telah satu menit gerbang tetap ditutup. Termasuk saya sendiri juga pernah karena telat bangun yang harusnya berangkat dari rumah sebelum jam 6 karena efek molor pukul 06:10 baru berangkat dari sidoarjo. Alhasil baru sampai Gedangan merambat baru setengah perjalanan pantat kerasa panas duluan, masuk daerah Pasmar sampai Aloha udah deh spidometer cuma jalan 20 km/jam. Bisa dibayangkan dari Sidoarjo kota yang bisanya ditempuh selama 15 menit tapi kalau berangkat jam-jam kantor pagi hari bisa-bisa memakan waktu diperjalanan 40 hingga 45 menit baru sampai Waru. Alhamdulillah saya berangkat tidak sendirian ada teman yang bisa ku bonceng Bu Dinda namanya. Ada untungnya sih kalo telat gak malu-malauin, soalnya ada temannya hahahaha.

PPL itu bisa dibilang hampir mirip KKN karena selain kita punya tugas utama mengajar didalam kelas yang linier dengan jurusan kita. Sekolah tempat kami magang mengharuskan kami membuat program selama sata bulan sebagai bentuk kenang-kenangan kepada sekolah. kegiatan yang kami buat diantaranya:

Lomba Da’i,
Setia kelas wajib mendelegasikan satu temannya untuk mengikuti lomba, hadiahnya pun tidak tanggung-tanggung loh.
 
pemenang juara 1 tampil saat apel pagi
Lomba Arabic Story Telling,
Lomba semacam bercerita namun bedanya ceritanya menggunakan bahasa Arab, teksnya kami persiapkan dari pihak PPL.

 
pemberian hadiah juara 1 lomba ATS oleh Waka Kurikulum
Jum’at berkah
Tujuan diadakan ini adalah agar terjalin rasa saling ingin menolong antar sesama. Setiap hari senin, rabu, kami dari pihak PPL kerjasama dengan takmir masjid Darul Ilmi menarik infaq ke kelas-kelas selepas apel pagi. Uang yang terkumpul kami gunakan untuk bagi-bagi Jumat berkah yang dibagikan disekitar lingkungan Mugaru. Yang kami bagi bersama siswa-siswi adalah makanan yang dibungkus cantik diberi doa, tujuannya sebelum orang tersebut memakannya tentu akan membaca doa tersebut. 
persiapan sebelum bagi-bagi jumat berkah

Doa yang dalam bungkus makanan itu bermacam-macam dari mulai doa agar MUGARU tetap dalam lindungan Allah, semoga kakak-kakak kelas IX lulus UN 100% dll. Makanan yang dibagikan selang-seling, misal jumat ini kita bagikan nasi bungkus, jumat depan ganti jajan pasar dan seterusnya. Harapannya selepas PPL go out dari Mugaru kegiatan ini akan terus dilakukan yang dibina dari pihak IPM dan Takmir.

Kegiatan tersebut baru bisa terealisasikan di minggu ke tiga dari pembukaan PPL. Ya karena ada suatu gejolak antar internal kelompok yang pasti tidak bisa dihindari, namanya kita berkumpul bukan dengan teman biasanya satu kelas, pemikiran dan keinginan yang beragam menjadi angin segar untuk memulai pertikaian hahahaha. Anggota kelompok kami dari kelas PAI A1, PAI B1 dan PBA A1 mungkin ada sebagian yang kami sudah pernah melihat mereka walau hanya sekilas tentu tidak mengenalnya jelasnya. Pertama kali dipersatukan dengan mereka, sikap masih normal belagak baik, suka menolong, kayak nggak punya aib masing-masing, tapi setelah berjalan 4 minggu kebisaan masing-masing mulai terungkap jelas sudah. Nggak perlu diungkap deh aibnya seperti apa karena kita sama-sama saudara muslim sudah kewajibannya menutupinya walau tidak menutup kemungkinan kami sering mengumbarnya di sosial media.

TIBA TIBA RENCANA LIBURAN
Tercetus cletukan “Rek ayo nge-trip mari PPL?” tukas Echi yang tidak sengaja nyerocos saat selesai kegaitan jumat berkah. 

“He laporan diselesaikan dulu, baru nge-trip dengan tenang” jawab yang lain. liburan memang tak lain keinginan kami semua secara diam-diam hahaha. Usut punya usut cletukan nggak sengaja itu terbawa di obrolan chat grup Whatsaap kami. Mulai bingung deh kemana mau ngetripnya, naik apa, siapa yang ikut dan lain sebagainya. Kesepakatan berangkat pun masih simpang siur pas tanggal merah atau hari sabtu minggu. 

Kesepakatan tak kunjung didapat, secara sepihak memutuskan NGETRIP HARI KAMIS 7 MARET. Biar tidak meramaikan grup besar PPL karena juga ada bu dosen ya kali kami bahas ngetrip dihadapan dosen hahahaha  bisa kedamprat lah, waktu itu laporan masih belum selesai alias mendekati selesai. Dibuatlah grup khusus koordinasi ngetrip sehari itu, karena masih perdebatan kemana kami akan berangkat? H-3 masih belum ada kejelasan kemana kami akan berangkat, salah satu anak punya ide untuk masalah perizinan ke orangtua bilang “kita ke masjid Namirah” karena izin ini juga anak yang biasanya susah  pergi main akhirnya dibolehin juga wkwkwkwk. Bukan berarti kami bohong sama orang tua loh ya, memang pada perjalanannya kami mengunjungi Masjid Mekkah.

Tidak semua teman PPL kami ikut PPL sepert Kak Ros berhalangan ikut karena? Tak tahu juga, Bu Linda juga karena lagi proses pemulihan habis sakit, Bu Ania karena takut menghadapi sempro padahal masih kurang 1 minggu lagi, Pak Fredy karena tak tahu. Tapi meskipun ada yang berhalangan bukan berarti rencana trip ini gagal, terus lanjut dengan menggaet personil salah satu kelas yang dijadikan sebagai supir wkwkwk.

TRIP PERTAMA: PANTAI SOWAN
Perjalanan keberangkatan fix pukul 03:00 dini hari, tikum rumah Bu Echi di Waru deket tempat magang kami. Kami menyepakati plesiran ke salah satu pantai di Tuban menggunakan mobil rental, supir pribadi kami teman sekelas kami sendiri alhamdulillah kan ya wkwkwkwk. Kun kun namanya teman kelas kami di A1 PAI yang bersedia membawa awak manusia PPL Mugaru dari pergi sampai kembali ke Sidoarjo. 

Diluar dugaan. Salah satu dari teman kami memiliki kebiasaan unik dari lainnya sebut saja Floren karena kebiasaannya itu sebelum esok keberangkatan ngetrip ia lebih memilih tidur di rumah Bu Echi sore sebelum hari H menghindari keterlambatan eakkk. Sedangkan  yang lain sudah sepakat menyalakan alarm pukul 02:30 dini hari. 

Kesepakatan awal tikum pukul 03:00 dini hari  maksimal terlambat pukul 04:00 ba’da shubuh, lebih dar itu tinggal wes. Memang skenario manusia itu bagus tapi waktu lah yang menentukan. Yang terjadi keesokannya adalah.



ZILA: sudah set alarm 2:30 udah dibanguin sama alarm nya malah tidur lagi. Bangun-bangun jam set 5 pagi uwahh loncat dari ranjang cus kamar mandi. Pas bangun liat telpon udah ada panggilan 5 kali duh ngakak aku. Sebenarnya udah pasrah mau nggak ikut anggapannya pasti udah telat dan semuanya udah kumpul  tinggal nungguin gua ajah. Lebih parahnya lagi ibuk gua sengaja nggak bangunin biar nggak jadi ikut wehwehweh.



Dinda: Zila udah terburu-buru berangkat dari SDA ke Waru ngebut spidometer motor 70km/jam dikira tinggal dia doang, sampai disana baru ada Nasiha yang datang gaess. Dinda, Kunkun, juga Arik belum nongol juga. Si tuan rumah juga baru selesai mandi hmmm talah tapi gak apa seh dia udah bangun dari pukul 03:00 pagi ternyata dan masakin makanan buat bekal kami nanti. 

Ternyata Dinda baru bangun, jam menunjukkan pukul set 5 pagi gaesss. Bisa dibayangin mobil yang jemput Dinda udah perjalanan dari sidoarjo, eh yang dijemput barusan bangun hmmm tuan putri. Namanya teman semuanya udah pada ngumpul tinggal nungguin tuan putri satu ini, ditelponlah dia kena labrak temen-temen yang udah sampek duluan dan nungguin dia hahahaha. 

Perjalanan kami dimulai pukul 06:00 pagi hari kelewat batas rencana ya gaess. Ah biarlah yang penting kita berangkat bukan sebuah wacana. Kami memilih jalan biasa antar kota biar bisa memandang suasana jalanan kanan kiri. Sepanjang perjalanan beginilah kelakukan kami dari jahilnya masih dasar-dasar aja sampai masuk kategori kelewatan.




jahilin temen yang suka tidur dan makan


Sidoarjo-Gresik-Lamongan-Tuban memakan waktu empat jam lamanya. Sempat ingin berpindah tujuan Pantai Sowan atau Pantai Rames karena tenyata Pantai Rames lebih dekat dari Pantai Sowan. Keblabasan akhirnya kembali ke tujuan awal Pantai Sowan, beginilah potret teman-teman kami dari perkotaan yang sering berkumpul dengan tugas dan hari itu dipertemukan dengan alam kreasi Tuhan.



baru sampai pantai makan dulu




TRIP KEDUA: RUMAH CALON BU ECI
Puas bermain air, mentadabburi keidahan lautan dan sekitarnya di Pantai Sowan mobil kembali bergerak menuju arah pulang jam menunjukkan pukul 13:40 siang. Posisi kami belum makan siang loh gaesss, ditengah perjalanan pulang masih di Tuban, camer Bu Echi message “mampir dulu mumpung di Tuban nduk”.

“Rek nak omah e mas Riyan sek yo, gak opo t?” nyerocos Bu Echi

“Kene loh gorong sholat, wes gpp seh”

Serentak “Yowes gpp rek, bekne talah oleh mangan wkwkwk”.

Sampailah kami di rumah calon Bu Echi disambut senyuman, tawa nampak bahagia sekali antara calon menantu dengan penghuni calon rumah masa depan hehehehe. Kami teman-temannya justru dipersilahkan mandi terlebih dulu. Uhh segar sekali sedari pantai kami belum tersentuh air tawar sama sekali. Selesai mandi kembali ke ruang tamu, makanan sudah disajikan alamak serasa surga sekali ngetrip kali ini.

Kami semua makan bersama diruang tamu bersama tuan rumah sambil bercakap-cakap mengenai kami berasal dari mana, kegiatan kuliah kami, dan paling menakutkan cerita angkatan sebelum kita yang belum menyelesaikan skripsi. Oh ya fyi calon bu Echi ternyata lulusan dari fakultas yang sama seperti kami. Perbincangan hangat ini ternyata diiringi jatuhnya hujan ke bumi bersamaan dengan jalan cerita mengasyikkkan. Kami juga diberitahu lokasi-lokasi mana yang tidak boleh dilewatkan saat berada di Tuban. 

Cakap-cakap kami tidak terasa hingga pukul set 5 sore, hujan pun sudah ikutan mulai reda pertanda kami diharuskan kembali. Eh ada yang ketinggalan ternyata teman kami pengen mengunjungi tanah kelahirannya di Bojonegoro. Wah lumanyan jauh ya, posisi kita masih di Tuban juga. Kami semua tetap memberikan kesempatan pada satu orang ini untuk memenuhi kewajibannya sebagai anak yang berbakti pada tanah kelahirannya.

Sampai ditanah tempat Arik dibesarkan sekitar pukul 8 malam. Kebiasaan kami jika sudah turun dari mobil hal yang dilakukan adalah pertama men-charge smartphone masing-masing, kedua dulu-duluan ke kamar mandi. Sepanjang perjalanan harapan kami jika sampai dipersinggahan makan dong tentunya. Eh beneran gaess kita makan lagi, makan di rumah Arik jadi makanan penutup perjalanan seharian kami.

TRIP KETIGA: MASJID NAMIRAH
Perjalanan pulang kami dimulai dari kota Bojonegoro, trip kami belum usai dan belum gugur juga kewajiban ijin kami dari orang tua jika belum ke Masjid Namirah wkwkwkwk. Dari jam set 9 malam mobil sudah melaju menuju masjid Namirah yang terletak di kota Lamongan. Perjalanan malam pun dimulai, dari dalam mobil sudah nampak wajah lelah dari teman-teman kami. Sudah banyak yang tertidur kecuali sopir ya nggak boleh tidur. Yang ada kita bukan kembali ke Sidoarjo kalo tidur. Uniknya perjalanan menuju Masjid Namirah hanya mengandalkan google maps gaess.

Kami juga bukan teman yang tega sama teman sendiri, karena sopir kami nyetir seharian tidak digantian seorang pun eaaa, jadi kami memutuskan setibanya nanti di masjid Namirah kita istirahat sejenak. Kasihan anak perantauan kita suruh mengarungi angin malam hahaha.

keindahan Masjid Namirah tengan malam



Fyi masjid-masjid yang ada di lamongan rata-rata memiliki bangunan yang luar biasa masya Allah. Kebanyakan jika tengah malam sudah dikunci semua, namun setibanya di Namirah masih ramah pengunjung. kami sampai di Namirah sekitar pukul 11 malam. Masya Allah megah sekali dari luar saja, memasuki dalamnya terasa hawa dingin menyeruak di kulit. Bergegas kami segera menuju tempat wudhu, Masya Allah lagi jalan menuju tempat wudhu kanan kiri dihiasi kolam ikan koi ditambah air mancur yang cantik. Tempat wudhunya bisa buat selfi rame-rame. Pokoknya luas banget, rasanya ngak pengen keluar dari kamar mandi. Nyaman, bersih, harum.

“Ini Masjid atau Mall megah banget dan banget”.

Masjid Namirah ini tidak bisa sepi walaupun pukul 11 malam masih banyak bus-bus yang singgah sekedar menunaikan kewajiban ataupun beristirahat bukan tidur loh ya. Kami pun juga begitu, tujuan kami kemari adalah menunaikan sholat maghrib yang dijamak dengan sholat isya’. Sesuai kesepakatan bersama kami ber enam pun memutuskan bersitirahat hingga ketiduran dalam masjid senyaman dan seindah itu.

Tak terasa ada yang membangunkan kami tiba-tiba.

“Buk” tidak meresepon.
“Buk” tidak merespon.
“Buk” merespon, “iya ya mas”.

“Tidak boleh tidur dalam lingkungan masjid”. Suara pelan dari mas penjaga keamanan masjid sepertinya, membangunkan kami ber lima yang ketiduran pulas. Dengan enaknya Nasiha meninggalkan kami berlima yang ketiduran karena semua barang berharga kami tergeletak begitu saja, sedangkan Nasiha sudah kita pasrahi untuk jaga kita karena kalau di mobil ia kebanyakan tidur. 

Salah satu dari kami terbangun karena suara manja mas-mas penjaga masjid, melirik jam dinding dalam masjid pukul 12 malam. Tidak semua terbangun karena panggilan mas-mas tadi masih juga ada yang tidur, tetap kita bangunkan karena sudah menjelang esok hari. Artinya kita pergi dua hari beda dari rencana yang cuma sehari saja.

Perjalanan kami masih panjang untuk menuju Sidoarjo. Lepas pukul 12 malam kami memulai perjalananan yang sepanjang jalan hanya dihiasi kendaraan besar mengangkut barang kiriman. Mobil melaju dengan kecepatan lepas landas dengan jalanan yang yang sepi. Suasana mobil masih sama teman-teman lebih memilih tidur dan berharap saat membuka mata sudah sampai di kota Udang Bandeng.

Jalanan yang lengang tak terasa baru saja keluar dari kota Surabaya, separuh badan jalan di daerah Waru ramai para penduduk yang menjajakan barang dagangannya berupa sayur-mayur, ikan kepada para tengkulak pertanda jam menunjunkkan waktu dini hari. Pukul 02:30 mobil berhenti tepat didepan rumah Bu Echi. Alhmdulillah kami sampai dengan selamat tiada kurang apapun. Masih berlanjut saya pun harus tidur di rumah Bu Echi karena selama perjalanan mata ini tidak mau diajak bermimpi dengan mata tertutup dan lebih memilih pulang sehabis shubuh.

Selasa, 19 Maret 2019


foto full time cuma 1 aja wkwkwk






lylamanzila
Assalamua'alaikum Halo saya Alfimanzila Orang asli Sidoarjo Email: lylamanzila97@gmail.com

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar